Selasa, 08 Desember 2009

Bunuh Diri, Fenomena dan Antisipasinya

almurtadlo ed.336>Dalam minggu2 terakhir terdapat banyak sekali kasus bunuh diri. Diantaranya dilakukan seorang perempuan dan anak laki-laki ber umur 3 tahun di Pasar Darmo Trade Centre Wonokromo Surabaya. Perempuan itu lompat dari lantai 4, setelah ia melempar anaknya ter lebih dulu. Anak laki-laki itu langsung tewas, sedangkan ibunya dalam kondisi kritis.

Di Jakarta, seorang perempuan usia 24 tahun asal Palembang bunuh diri dengan lompat dari lantai 5 Grand Indonesia Shopping Town.

Dan di hari yang sama, pria berusia 25 tahun warga patal senayan, Jakarta Selatan bunuh diri dengan lompat dari lantai 5 Senayan City Jakarta. Bahkan kemarin, ada pria lompat dari lantai 7 Mangga 2 Square Jak-ut. Peristiwa bunuh diri di atas adalah sekelumit kisah nyata yang terjadi sehari-hari. Terlepas berbagai ma-cam motivasinya, Islam melarang bunuh diri bahkan pelaku nya di ancam dengan neraka.

Jundub bin Abdullah mengatakan bahwa Nabi saw. Bersabda: “Dahulu, pada umat sebelum kalian, ada

seorang laki-laki yang terluka. Ia tidak sabar lalu ia mengambil pisau dan dia potong sendiri tangannya. Belum lagi darahnya kering, orang itu pun meninggal dunia. Lalu Allah Ta’ala berfirman,

بادرني عبدي بنفسه حرمت عليه الجنة

“Hamba-Ku telah mendahului Aku dengan nyawanya, maka Aku haram kan baginya surga.” (HR Bukhari)

Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw.: “Barang siapa membunuh dirinya dengan benda tajam, nanti di Jahan-nam benda itu akan ditusuk-tusukkan nya ke perutnya dan ia kekal di dalam nya. Barang siapa membunuh dirinya dengan racun, nanti di Jahannam, ia akan memegang racun itu dengan tangannya lalu menghirupnya dan ia kekal di dalam nya. Barang siapa membunuh dirinya dengan terjun dari puncak gunung, ia nanti akan terjun ke dalam neraka Jahannam dan ia kekal di dalamnya.” (HR Bukhari Muslim)

Tsabit bin Dlahhak meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,

وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ فِي الدُّنْيَا عُذِّبَ بِهِ فِي الْآخِرَةِ

“Barang siapa membunuh dirinya

dengan sesuatu, kelak ia akan disiksa dengan sesuatu itu di neraka Jahan-nam.” (HR Ahmad)

Manusia dimuliakan oleh Allah dan di utamakan melebihi kebanyakan makh-luk ciptaan-Nya yang lain dan karena nya Allah menjadikannya sebagai Khalifah dimuka bumi yang diserahi amanah dan tanggung jawab. Orang yang bunuh diri adalah berdosa besar karena ia telah lari dari tanggungjawab nya. Dan lebih parah dari itu perbuatan bunuh diri itu menunjukkan kurangnya keper-cayaan yang bersangkutan ter hadap kemurahan Tuhannya.

Fenomena bunuh diri Menurut pakar psikologi John W Santrock biasanya didahului oleh depresi / tekanan bathin yang melanda pelakunya. Depresi didahului oleh frustasi, yakni situasi di mana seseorang tidak mampu mencapai tujuan yang diinginkan dan putus asa. Sedangkan frustasi didahului oleh stres, yakni respon individu terhadap keadaan, yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk meng-hadapinya sampai mengganggu pikiran dan perilaku.

Menghadapi sebuah kegagalan, tidak tercapainya target dan tujuan tidak boleh dengan potong kompas, bunuh diri. Sebagai seorang yang beriman haruslah optimis selalu dalam memandang kehidupan. La Tay’asu mir rouhillah, Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, Yakinlah Allah akan memberi kan balasan atas kesungguhan kita dan pertolongan bagi hamba-Nya

Hadapilah sebuah kegagalan, tidak tercapainya target dan tujuan dengan RUMUS H2N, yaitu Hadapi, Hayati dan Nikmati.

Hadapilah kegagalan karena itu adalah kenyataan, hayatilah kega-galan itu untuk menemukan sebuah makna dan hikmah lalu Nikmatilah, karena kegagalan yang menjadi pelajaran akan menjadi awal dari sebuah keberhasilan. Jika kita bisa memperbaiki diri dan bangkit lagi setelah kegagalan sebelumnya, dan menyikapinya secara positif dan kon-struktif, pasti mendatangkan kekua-tan dorongan yang luar biasa. Inilah the power behind failure, kekuatan di balik kegagalan.

Selain paparan diatas, Depresi, frustrasi dan stress tidak akan menimpa orang yang berdzikir dengan meyakini keagungan Allah. Sebab dengan berdzikir hati kita menjadi tentram. Hal ini bukanlah sekedar teori belaka.

Penelitian yang mencakup banyak segi tentang hubungan antara keya-kinan agama dan kesehatan jasmani yang dilakukan oleh Dr. Herbert Benson dari Fakultas Kedokteran Harvard telah menghasilkan kesim-pulan yang mencengangkan di bidang ini. Walaupun bukan seorang yang beragama, Dr. Benson telah menyim-pulkan bahwa ibadah dan keimanan kepada Allah memiliki lebih banyak pengaruh baik pada kesehatan manusia daripada keimanan kepada apapun yang lain. Benson menyata-kan, dia telah menyimpulkan bahwa tidak ada keimanan yang dapat mem-berikan banyak kedamaian jiwa se-bagaimana keimanan kepada Allah.

Sungguh, ini merupakan bukti kebe-saran Allah SWT yang maha benar dengan segala firman-Nya. Wallahu A’lam



Tidak ada komentar: