Kamis, 24 November 2011

Meraih Kebahagiaan


Di dunia ini, Tiada orang yang ingin hidupnya sengsara. Semuanya ingin bahagia. Namun banyak dari mereka tidak bisa meraihnya walaupun telah mengorbankan segala-galanya. Diantara mereka ada yang beranggapan bahwa kebahagiaan itu terletak pada harta benda yang bertumpuk-tumpuk, maka mereka mengorbankan segala-galanya untuk meraihnya, akan tetapi dia tidak mendapatinya dan sia-sia pengorbanan nya. Ada juga yang beranggapan bahwa kebahagian itu terletak pada ketinggian pangkat dan jabatan, maka mereka mengorbankan apa saja yang dituntut nya, begitu juga teryata mereka tidak mendapatkannya. Demikianlah gam-baran cita-cita hidup ingin meraih kebahagiaan.


Lalu dimanakah kebahagiaan itu? Pertanyaan ini membutuhkan jawaban agar setiap orang tidak putus asa ketika dia berusaha menjalani pengorbanan hidup tersebut. Abdurrahman As-sa'dy dalam mukadimah risalah beliau Al-Wasailul Mufiidah lil hayati As-Sa'idah mengatakan: "Sesungguhnya ketena-ngan dan ketenteraman hati dan hilang nya kegundahgulanaan darinya itulah yang dicari oleh setiap orang. Karena dengan dasar itulah akan didapati kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki".

Kebahagiaan dapat dilihat dari indikator-indikatornya. Dalam sebuah Hadits disebutkan :

وقال عقبة بن عامر لرسول الله صلى الله عليه وسلم ماالنجاة يا رسول الله فقال يا عقبة أمسك عليك لسانك وليسعك بيتك وابك على خطيئتك

Sahabat Nabi SAW, Uqbah bin Amir RA bertanya, ''Hai Rasulallah, apa saja yang membuat seseorang sukses (bahagia dan selamat) dalam hidupnya? Rasul menjawab, ''Peliharalah lidahmu, berlapanglah kamu di rumahmu, menangislah terhadap kesalahan (dosa) yang engkau lakukan.'' (HR Abu Dawud, Turmudzi)

Setiap manusia yang beriman pasti menginginkan kebahagian dan kesukse-san hidup dalam kehidupannya, dunia dan akhirat. Pemimpin umat, Rasulullah SAW, memberi kiat yang sangat sederhana untuk meraihnya. Bukan dengan gelimang harta, memperoleh jabatan tinggi, atau beristri perempuan tercantik. Namun hanya tiga hal saja.

Pertama, memelihara lidah dari mengu-capkan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Dalam kehidupan sehari-hari, peranan lidah sangatlah menentukan. Betapa bahayanya lidah bila diperguna-kan untuk yang tidak baik, misalnya berdusta, memfitnah, dan sebagainya
Rasul bersabda:

إن أكثر خطايا ابن آدم في لسانه
Sesungguhnya dosa yang terbanyak dari anak adam adalah (karena) lisan nya.(Hadits) Karena itu, lidah sangat potensial untuk membahagiakan atau membuat orang lain menderita.

Demikian pentingnya kedudukan lidah, maka Islam menginginkan masing-masing kita menjaga ucapannya dan mengarahkannya kepada hal-hal yang positif serta baik. Hadits Nabi SAW,

من آمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت
''Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat hendaklah ia berkata yang baik atau diam.'' (HR Bukhari - Muslim(

Kedua, berlapang-lapang di dalam rumah, artinya bagaimana rumah bisa dijadikan perisai dalam menghadapi berbagai godaan dan gangguan. Memfungsikan rumah sebagai tempat membina keluarga bahagia, tempat beribadah, beramal, berukhuwah, dan membina masa depan keluarga. Rumah juga merupakan madrasah pertama.

Perlu diingat, harapan tersebut sulit diwujudkan bila keadaan dan situasi rumah jauh dari suasana Islami. Hanya sinar iman dalam keluargalah yang akan membuat rumah itu tenang dan damai penuh dengan sakinah mawaddah wa rahmah.

Rumah seperti inilah yang menjadi surga bagi setiap penghuninya. “Baity Jannatiy”. Rumah sebagai surga tidak berarti harus mewah dan besar sebab semuanya terletak dalam hati masing-masing orang yang ada didalamnya. Maka keluasan rumah tergantung keluasan hati pemiliknya.

Ketiga, menangisi kesalahan, perbuatan dosa atau pelanggaran terhadap hukum akan membuat hati seseorang tidak tenang. Semakin banyak berbuat kesalahan, hidup akan semakin tidak nyaman. Karena itu, ''menangisi'' kesalahan, yaitu bertobat dengan sepenuh hati adalah utama.

Di dalam Alquran banyak sekali perintah agar setiap kita selalu bertobat kepada Allah dari berbagai perbuatan dosa. Firman-Nya, ...bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu ber untung...'' (An-Nur : 31).
Menangis dimalam hari karena Allah akan mendatangkan ketentraman dan kebahagiaan dalam hidup ini, sebagai mana dilakukan oleh baginda Rasul SAW.

Pada suatu malam siti aisyah sedang berdua bersama Nabi SAW, lalu tiba-tiba beliau SAW berkata : "Wahai Aisyah, beri izin aku beribadah pada malam ini untuk Rabb-ku? Maka aisayh berkata : Demi Allah! Aku sedang menikmati berdekatan dengan anda & bermesraan dengan anda. Maka bangunlah beliau lalu berwudhu lalu berdiri shalat. Maka lanjut Aisyah : Dan tidak berhenti-henti beliau SAW menangis (dalam shalatnya) sampai bergetar-getar dadanya. Lalu lanjut Aisyah : Lalu saat beliau SAW duduk, ia pun tidak berhenti-henti menangis sampai berlinangan airmata menetes dari janggutnya.

Demikian sederhana kunci kebahagiaan yang diberikan Rasulullah pada kita, tetapi sarat akan makna. Demi menge-jar kebahagiaan sebenarnya Anda tak perlu mempunyai deposito miliaran rupiah, atau apartemen mewah di jantung kota. Kunci kebahagiaan itu sudah ada di dada masing-masing kita, tinggal bagaimana kita menggali dan menghadirkannya setiap saat.<

Tidak ada komentar: