Rabu, 14 April 2010

Nabi Ibrahim Ateis & Musrik Sblm Muslim, Salah Tafsir!

Asumsi umum bahwa Nabi Ibrahim pernah ateis (tidak bertuhan/kebingungan mencari Tuhan) atau musyrik karena mengikrarkan ketuhanan bintang, bulan dan matahari.

Pada kenyataannya, sesungguhnya kisah Nabi Ibrahim bukanlah seperti asumsi yang beredar selama ini bahwa Nabi Ibrahim adalah Bapak Monoteisme karena petualangannya mencari Tuhan. Oleh karena itu, laik untuk dicermati dan disimak arti QS. Al-An’am ayat 76-78 sebagai berikut;

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ (76) فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (77) فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ (78)


Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku”. Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam”. (76) Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, “inilah Tuhanku”. Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”. (77) Kemudian ketika dia melihat matahari terbit dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini lebih besar”. Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, ” Wahai kaumku! Sungguh aku berlepas diri apa yang kamu persekutukan”. (78)

Pada terjemahan ayat Alquran di atas yang perlu digarisbawahi adalah kalimat “Inilah Tuhanku (Hadza Rabbi)“. Dari kalimat itulah bersumber kesalapahaman di tengah umat. Padahal, makna hadza rabbi (inilah tuhanku) bukan bermakna ikhbar (pernyataan) tetapi bermakna Istifham Ingkari/Istifham Taubikhi (pertanyaan untuk mengingkari/mencela pola pikir kaumnya yang menyembah bintang). Jadi makna kalimat “inilah Tuhanku” semestinya diartikan dan ditulis dengan “inikah Tuhanku?”. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Imam Abu Hayyan al-Andalusi (W. 745 H/ 1345 M), ia berkata dalam tafsirnya An-Nahrul Mad: “Perkataan Nabi Ibrahim hadza rabbi bukanlah pernyataan keyakinan bahwa bintang (Yupiter atau Venus), bulan dan matahari adalah tuhannya. Hal ini diibaratkan seperti ketika anda melihat orang lemah yang tak mampu berdiri, lalu anda mengatakan hadza nashiri (inikah penolongku?)”.

Demikian juga pendapat Imam Fakhruddin Ar-Razi (W. 606 H/ 1210 M) dalam kitabnya Ishmatul Anbiya’: “Kalimat hadza rabbi datang ala wajhi al-I’tibar wa al-istidlal La ‘ala wajhi al-ikhbar (datang untuk memberi ibrah [pelajaran] dan mencari dalil [bahwa bintang, bulan dan matahari yang disembah kaumnya adalah tidak benar], bukan sebagai statemen/ pernyataan.”

Luruskanlah akidah kita...


Tidak ada komentar: