Senin, 04 Juli 2011

Membangun Jiwa Santri Enterpreneur

Meski agak telat, Saya sempatkan untuk memenuhi permintaan Mas Syrif dari Jakarta, Ia dulunya Teman sebangku ngaji di STIKK. Ia meminta saya untuk memberikan masukan tentang bagaimana memulai usaha dan teladan dalam islam mengenai jiwa Enterpreneur. Iapun mengajukan satu nama sahabat Abdurrahman untuk di ulas. dengan keterbatasan segala sesuatu pada saya, saya kirim teks berikut untuknya dan saya upload disini mudah2an lebih bermanfaat.



Abdurrahman bin Auf, Siapa yang tidak mengenalnya? Satu diantara 10 sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga dan juga seorang pedagang ulung yang tidak pernah mengalami kerugian. Ketika menjelang Perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf mempelopori dengan menyumbang dana sebesar 200 Uqiyah Emas atau setara dengan Rp. 3,5 Milyar. Menjelang wafatnya, beliau mewasiatkan 50.000 dinar untuk infaq fi Sabilillah, atau setara dengan nilai Rp. 118,5 Milyar.

Dari Ayyub (As-Sakhtiyani) dari Muhammad (bin Sirin), memberitakan ketika Abdurrahman bin Auf ra. wafat, beliau meninggalkan 4 istri. Seorang istri mendapatkan dari 1/8 warisan sebesar 30.000 dinar emas. Hal ini berarti keseluruhan istri-nya memperoleh 120.000 dinar emas, yang merupakan 1/8 dari seluruh warisan. Dengan demikian total warisan yang ditinggalkan oleh Abdurrahman bin Auf ra, adalah sebesar 960.000 dinar emas, atau jika di-nilai dengan nilai sekarang setara dengan Rp. 2,2752 Trilyun.

Kisah kepiawaiannya sebagai seorang entrepreneur sejati sekaligus ekonom islam dimulai sejak peristiwa Hijrah ke Madinah. Sebelum hijrah ke madinah Abdurrahman bin Auf memang sudah menjadi pedagang yang sukses dan memiliki harta kekayaan yang melimpah di mekah, namun beliau meninggalkan semuanya dan berhijrah ke madinah bersama dengan para sahabat Rasulullah lainnya.


Sesampainya di madinah beliau di persaudarakan dengan sahabat Anshar. Ketika dipersaudarakan, beliau ditawarkan sebagian harta bahkan juga salah satu istri dari sahabat anshar tersebut, namun Abdurrahman bin Auf menolak semua itu dan hanya meminta untuk ditunjukkan letak pasar madinah.

Hari pertama di pasar, Abdurrahman bin auf bekerja sebagai kuli panggul. Sambil bekerja beliau mengamati kondisi pasar mulai dari komoditas barang yang diperdagangkan, kondisi persaingan antar pedagang, perilaku konsumen, system distribusi barang (supply chain) dan peluang pasar yang masih terbuka.

Hari kedua, Abdurrahman bin Auf sudah beralih dari kuli panggul menjadi “broker” dari salah satu pemasok barang dagangan pasar. Berkat kepiawaiannya dalam berdagang yang sesuai dengan prinsip-prinsip islam terutama dalam menjaga kepuasan pelanggan (customer satisfaction), tidak butuh waktu lama beliau sudah mampu mengelola usahanya dengan menggunakan modalnya sendiri.

Sebulan kemudian Abdurrahman bin Auf menghadap rasulullah dengan membawa emas sebesar biji kurma untuk meminang seorang gadis. Setahun kemudian, beliau sudah mampu mengeluarkan infak yang jumlahnya sangat fantastis, apabila dikurskan dalam rupiah nilai nominalnya sebesar 42,5 triliun rupiah.

Apa sebenarnya kunci kesuksesan Abdurrahman bin Auf? apakah karena kualitas barang dagangannya yang bermutu, harganya yang murah, pelayanannya yang memuaskan, atau tempatnya yang strategis? Memang itu semua termasuk dalam kriteria kesuksesan beliau tetapi boleh dikatakan hal tersebut juga termasuk dalam kriteria yang diterapkan pedagang pasar madinah lainnya.

lalu pertanyaan selanjutnya mengapa mereka tidak mampu menyamai atau bahkan mengungguli kesuksesan Abdurrahman bin Auf dalam kecepatannya mengkapitalisasi kekayaan yang sangat luar biasa secara berkesinambungan. Ternyata kunci utamanya adalah faktor keberkahan.

Beliau memulai awal usahanya hingga berkembang tanpa sedikitpun tercampur dengan sistem ribawi yang banyak beredar di pasar madinah yang notabennya pada saat itu dikuasai oleh kelompok yahudi. Kepiawaiannya dalam berdagang memang sudah lama dikenal oleh masyarakat mekah sebelum beliau hijrah pindah ke madinah, namun komitmen dan sikap kehati-hatiannya dalam menjaga usaha dan perniagaanya dari semua hal yang ribawi itulah yang lebih dikenal dari sosok Abdurrahman bin Auf dikalangan para sahabat. Sampai-sampai Ustman bin Affan yang terkenal sebagai salah satu sahabat Rasulullah yang juga kaya raya turut ikut mengantri untuk mendapatkan jatah sedekah dari harta milik Abdurrahman bin Auf. Ketika ditanya oleh sahabat yang lain mengenai alasan beliau menginginkan harta sedekah tersebut, Ustman menjawab “Aku ingin ikut mendapatkan berkah dari harta Abdurrahman bin Auf.

Kiprah Abdurrahman bin Auf tidak hanya sampai pada kesuksesannya dalam perniagaan dan prestasi infak yang beliau keluarkan tiap tahunnya dalam jumlah yang fantastis. Abdurrahman bin Auf dikenal juga sebagai salah satu ekonom islam yang menjadi kepercayaan Rasulullah dalam mengimbangi bahkan mengalahkan dominasi pasar yahudi dengan berbagai macam praktek ribawi yang beredar luas ditengah masyarakat madinah saat itu. Dibawah komando dan pengawasan langsung dari Rasulullah pondasi ekonomi islam mulai di tata di madinah. Abdurrahman bin Auf mendapat amanah dari rasulullah untuk membangun sebuah pasar islam di dekat kawasan pasar yahudi. pasar islam ini menawarkan harga sewa yang sangat ringan kepada para pedagang pasar sehingga para pedagang pun tertarik untuk menempati pasar tersebut dan tentu saja harga barang yang di perjualbelikan di dalam pasar islam lebih murah dibanding dengan pasar yahudi. Selain itu pasar islam mengatur dan melindungi hak-hak konsumen dan juga pedagang dari praktek ribawi dan monopoli yang dapat merugikan masyarakat luas dan hanya menguntungkan segelintir orang terutama para pemodal besar. Prinsip yang di junjung pasar islam adalah prinsip keadilan dan egaliter yang merupakan ciri dari prinsip ekonomi kerakyatan. Setelah pasar islam pertama yang di bangun umat islam ini berhasil maka mulailah bermunculan pasar islam lainnya di madinah. pengaruhnya seperti bola salju menjadi kekuatan baru dalam perekonomian Madinah dan menjadi cikal bakal akan kejayaan ekonomi islam di jazirah Arab pada saat itu.

Disela-sela melihat sosok Abdurrahman Bin Auf, maka bisa dikatakan memiliki tiga macam keistimewaan sekaligus, diantaranya :

Pertama, Abdurrahman adalah seorang pengusaha kaya yang sangat dermawan. Beliau menyantuni para veteran perang badar dan menyantuni para janda Rasulullah. Beliau juga memberi makan anak yatim dan fakir miskin di Madinah.

Kedua, ia tercatat sebagai orang ke-8 yang masuk Islam dan termasuk dalam kategori assabiqunal awwalun (generasi awal yang masuk islam). Artinya, beliau sejak awal sudah membela perjuangan Rasulullah dengan segala macam kepedihan dan penderitaan. Ia dua kali ikut hijrah ke Habasyah (Ethopia) karena umat Islam diancam oleh kafir Quraisy pada saat itu.

Ketiga, Abdurrahman termasuk sepuluh orang sahabat yang dijamin Rasulullah bakal masuk surga. Artinya, Abdurrahman Bin Auf adalah salah seorang sahabat yang punya kepribadian luar biasa dan namanya tercatat dalam sejarah Islam dengan tinta emas.
Kiat Sukses Abdurrahman Bin Auf

Abdurrahman selalu berada di empat tempat, dimana ini sekaligus menggambarkan bagaimana beliau berperan dengan segenap potensi yang dimilikinya dimanapun dia berada .
1. Di Masjid untuk melakukan ibadah kepada Rob-Nya,
2. di Pasar sedang berbisnis,
3. kemudian di rumah bersama keluarganya
4. dan di medan perang. Termasuk perang Badar, Selama berperang, bisnisnya dikelola anak buahnya. Pasca perang ia aktif kembali mengelola bisnisnya yang kian besar.

Menjelang wafatnya, ia mewasiatkan lima puluh ribu dinar untuk diinfakkan di jalan Allah, empat ribu dinar bagi setiap orang yang ikut Perang Badar, hingga Khalifah Utsman pun sebagaimana cerita diatas memperoleh bagian wasiatnya. Ketika mengambil (bagian)-nya, Utsman berkata: "Sesungguhnya harta Abdurrahman ini halal lagi bersih, dan makanan yang diberikannya mengandung 'afiyah dan berkah."

Para pembaca sekalian, mudah-mudahan kita semua sukses meraih apa yang diraih abdurrahman diatas

Tidak ada komentar: