Jumat, 25 Desember 2009

Arsip Pertanyaan 4

1. Cara berwudlu yang benar
2. Idlofah


PERTANYAAN ANGGOTA (NEyz- NdUtz) : begini, tntng hukum membsuh kaki kta wudlu dmna dlm alquran maupun kitab dtrngkn smpai mata kaki, ttpi kbxkn orang membsuhnya dri betis trlbh dhulu, sdng betis sndri adlh sunnah. bgaimana cara membsuh yg bnr, bgtu pula dg tngan yg dlm alquran dtrngkn dr tngan k lngan tp bxk orang dr lngan k tngan?

JAWABAN :
KITA LIHAT SUMBERNYA YAITU :
فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ
TERJEMAHAN YANG UMUM : ..maka basuhlah mukamu dan tanganmu SAMPAI DENGAN siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu SAMPAI DENGAN kedua mata kaki (Al-Maidah:06)
JIKA SESEORANG BELAJAR FIKIH DARI TERJEMAH MAKA IA AKAN MENGALAMI KEBINGUNGAN SEPERTI YANG ANDA ALAMI….JADI PERMASALAHANNYA ADA PADA TERJEMAH YANG SALAH KAPRAH…
TERJEMAHAN YANG BENAR : ..maka basuhlah mukamu dan tanganmu BESERTA siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu BESERTA kedua mata kaki (Al-Maidah:06)
KATA "ILA" ADALAH HURUF JER YANG TIDAK SELAMANYA BERARTI "SAMPAI DENGAN" AKAN TETAPI JUGA BERARTI "BESERTA" ATAU DALAM NAHWU DISEBUT FAIDAH MA'IYYAH.
DALAM TAFSIR JALALAIN DISEBUTKAN :
{ فاغسلوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى المرافق } أي معها كما بينته السنة
{ إِلَى الكعبين } أي معهما كما بينته السنة
MAKA DARI ITU: TIDAK MENJADI SOAL, MAU BASUH DARI ATAS DULU ATAU BAWAH DULU…YASSIRU WALA TU'ASSIRU…PERMUDAHLAH, JANGAN PERSULIT….

---------------


--------------------
OmeNt مفتاح الانصار الكاف 24 November jam 21:31
assalamu'aLaikum
nyuwun sewu....

begini,biLa man'ut berupa susunan idLofah.Na'at harus ikut siapa??
apakah mudLof atau mudLof iLaih??

syukron katsir......

An-nur Al-Murtadlo 24 November jam 22:48
لا بد الوصف للمضاف ولكن....................
(وقد يوصف المضاف إليه لفظًا والنعت للمضاف إذا لم يلبس ويُقال له الجرّ بالجوار وذلك للاتصال الحاصل بين المضاف والمضاف إليه)

شرح الرضى على الكافية: 2/328

Arsip Pertanyaan 3

Arsip Pertanyaan :

1. Campur Madzhab
2. Wudlu untuk Thowaf
3. Bid'ah Dholalah





TEMBUSAN PERTANYAN CAMPUR MADZHAB
PERTANYAAN : Muhammad Subhan : Maaf gus,sblmnya q mau tny: bgmn hukumx mencampur madzhab?
JAWABAN : Mencampur kolang-kaling dengan air es disebut ES CAMPUR, tapi mencampur 2 madhab dalam 1 masalah namanya TALFIQ , MIX 2/LEBIH MADHAB dalam 1 MASALAH.
Kata talfiq secara etimologi (lugatan)memiliki arti melipat atau menggabungkan. Sedangkan secara terminologi (istilah), talfiq berarti mencampuradukkan perbuatan dalam satu qhadiah (rangkaian) Ibadah yang memiliki dari dua pendapat atau lebih, lalu pada tahap pelaksanaannya mempraktikkan sesuatu yang tak pernah dipilih dan diakui oleh imam madzhab manapun.
Misalnya seseorang yang berwudlu tanpa menggosok (al-dalku) dengan dalih mengikuti madzhab Syafi’i. Setelah itu, ia bersentuhan dengan perempuan tanpa bersyahwat. Lalu ia menganggap wudlu’nya tidak batal dengan berpegangan pada pendapat Imam Malik. Kemudian ia melakukan shalat, maka shalat yang ia lakukan hukumnya batal lantaran dalam wudlu’nya terdapat talfiq. Dalam arti, jika mengikuti madzhab Syafi’i, wudlu’nya sudah batal karena menyentuh wanita yang bukan mahramnya. Sedangkan, jika mengikuti madzhab Maliki wudlu’nya tidak sah karena tidak melakukan al-dalku atau menggosok.
BERIKUT BEBERAPA PENDAPAT :
Pendapat pertama yang mengatakan tidak boleh talfiq, diperkuat oleh Imam al-Ghazali. Beliau melarang praktik talfiq dengan alasan hal tersebut condong pada mengikuti hawa nafsu, sementara syari‘at, menurut beliau datang untuk mengekang liarnya hawa nafsu. Sehingga setiap perkara harus dikembalikan syari‘at bukan kepada hawa nafsu. Beliau menyitir ayat al-Quran yang berbunyi :
“Jika kamu berselisih paham tentang suatu perkara, m a k a kembalikanlah kepada Allah Swt.
Dalam I'anah juga disebut :
قال ابن حجر، ......ويمتنع التلفيق في مسألة، كأن قلد مالكا في طهارة الكلب والشافعي في مسح بعض الرأس في صلاة واحدة، وأما في مسألة بتمامها بجميع معتبراتها فيجوز، ولو بعد العمل، كأن أدى عبادته صحيحة عند بعض الائمة دون غيره، فله تقليده فيها حتى لا يلزمه قضاؤها.
Dalam Bugyah :
وقال ابن زياد: القادح في التلفيق إنما يتأتى إذا كان في قضية واحدة،

Kedua, kubu yang membolehkan praktik talfiq, diantaranya adalah sebagian ulama‘ Malikiyah, mayoritas Ashab Syafi‘i serta Abu Hanifah: mereka membolehkan talfiq dengan alasan bahwa larangan talfiq tersebut tidak ditemukan dalam syara‘, karenanya seorang mukallaf boleh menempuh hukum yang lebih ringan. Selain itu, ada hadits Nabi (qauliyah maupun fi‘liyah) yang menunjukkan bolehnya talfiq. Dalam sebuah hadits yang dituturkan oleh Aisyah, Nabi bersabda:
” Nabi tidak pernah diberi dua pilihan, kecuali beliau memilih yang paling mudah, selama hal tersebut bukan berupa dosa. Jika hal tersebut adalah dosa, maka beliau adalah orang yang paling menjauhi hal tersebut “. (Fathu al-Bari, X, 524)
Dalam hadits lain beliau bersabda :
“Sesungguhnya agama ini (Islam) adalah mudah. Dan tidaklah seorang yang mencoba untuk menyulitkannya, maka ia pasti dikalahkan”. (Fathu al-Bari, I, 93)
DR. Wahbah Zuhaili juga sepakat tentang kebolehan talfiq ini, menurut beliau talfiq tidak masalah ketika ada hajat dan dlarurat, asal tanpa disertai main-main atau dengan sengaja mengambil yang mudah dan gampang saja yang sama sekali tidak mengandung maslahat syar‘iyat. (Ushul al-Fiqh al-Islamiy, II, 1181)
‘Izzuddin Bin Abdi al-Salam menyebutkan bahwa, boleh bagi orang awam mengambil rukhsah beberapa madzhab (talfiq), karena hal tersebut adalah suatu yang disenangi. Dengan alasan bahwa agama Allah itu mudah (dinu al-allahi yusrun) serta firman Allah dalam surat al-Hajj ayat 78:
“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam satu agama suatu kesempitan. (Fatawa Syaikh ‘Alaisy, I, 78)
Imam al-Qarafi menambahkan bahwa, praktik talfiq ini bisa dilakukan selama ia tidak menyebabkan batalnya perbuatan tersebut ketika dikonfirmasi terhadap semua pendapat imam madzhab yang diikutinya.
Kalau kita lihat beberapa pendapat di atas, ternyata tidak ada qoul (pendapat) yang membolehkan talfiq secara mutlak. Oleh karena itu, ada beberapa klasifikasi talfiq yang perlu diperhatikan. Pertama, talfiq batal secara esensi, seperti melakukan sesuatu yang menyebabkan penghalalan barang yang haram, seperti menghalalkan khamr, zina dan lainnya. Kedua, talfiq yang dilarang bukan pada esensinya, tetapi karena faktor eksternal.
Dalam kasus kedua ini terbagi menjadi tiga macam. Yaitu: (1) Mengambil pendapat yang mudah-mudah seperti mengambil pendapat setiap mazhab yang termudah bukan karena dharurat atau ‘udzur. Hal ini dilarang agar seseorang tidak melepaskan diri dari pembebanan-pembebanan syar’i. (2). Talfiq tidak boleh berlawanan dengan keputusan hakim. (3) Talfiq tidak boleh mencabut kembali hukum atau keputusan yang telah diikuti atau disepakati ulama’ (Ushul al-Fiqih al-Islami, II, 1176-1177)
Alhasil, demi kemaslahatan, sebenarnya masih ada ruang untuk talfiq. Apalagi ketika berhadapan dengan kondisi dharurat, maka talfiq menjadi satu-satu pilihan yang mesti kita tempuh asal jangan sampai bertentangan dengan spirit syara‘(maqashid al-syari’ah). Yang penting, praktik talfiq bukan sekedar untuk mengambil kemudahan saja, tetapi bertujuan agar keluar dari jeratan ke-mudharat-an.

------------------------

TEMBUSAN PERTANYAAN WUDLU-THAWAF

PERTANYAAN Muhammad Faris : dalam tawaf orang syafi'iyah kebanyakan ikut madhab maliki/(bersentuh kulit pr-lk2 tdk apa2.) apakah wudhunya harus ikut maliki jg ? makasih...........
JAWAB :

Jika tidak sengaja, Maka yang menyentuh (Lamis) batal. Dan yang tersentuh (Malmus) menurut salah satu qaul yang dipilih oleh minoritas madzab syafii : tidak batal.

Referensi :
ومما تعم به البلوى فى الطواف ملامسة النساء للزحمة فينبغى للرجل أن لا يزاحمهن ولها أن لا تزاحم الرجال خوفا من انتقاض الطهارة فإن لمس احدهما بشرة الأخر ببشرته انتقض طهور اللامس وفى الملموس قولان للشافعى رحم الله تعالى أصحهما عند اكثر أصحابه أنه ينتقض وضوؤه وهو نصه فى أكثر كتبه والثانى لا ينتقض واختاره جماعة قليلة من أصحابه والمختار الأول اهـ الإيضاح 114

----------

PERTANYAAAN ANGGOTA (Zahrah Ida)
aww..apa yang di maksud dengan bid'ah? kullu bid'ah dholalah..jzk
JAWABAN KAMI
Nabi bersabda :
إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ (رواه النسائي )
I. Terjemah Hadist :"Sebenar-benar perkataan adalah Kitab Alloh (Al-Quran), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad n dan seburuk-buruk perkara adalah perkara yang baru (muhdats), dan semua perkara yang baru (muhdats) adalah bid'ah, dan semua bid'ah adalah sesat, dan semua kesesatan tempatnya neraka"
II. Penjelasan :
Bid'ah menurut bahasa artinya: "Sesuatu yang baru yang tidak ada contoh sebelumnya. Kata bid'ah ini terdapat dalam firman Allah l yaitu :

بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرضِ (البقرة :117)

"Dia (Alloh) Pencipta langit dan Bumi". Maksudnya bahwa Alloh menciptakan langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya. Dalam ayat yang lain, :

قُلْ مَاكُنتُ بِدْعًا مِّنَ الرُّسُلِ (الأحقاف :9)
"Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul". Maksud ayat di atas adalah bahwa Nabi Muhammad n bukanlah seorang rasul pertama yang kepada penduduk bumi ini.
Kata bid'ah jika disebutkan secara mutlak maka maksudnya adalah perkara baru yang tidak baik yang ada dalam agama. Dan yang seperti itu adalah kata mubtadi' (ahli bid'ah), yang digunakan untuk celaan. Tetapi dari sisi akar kata, kata bid'ah dapat dikatakan untuk sesuatu yang terpuji dan tercela. Sebab yang dimaksud dengan bid'ah secara bahasa adalah sesuatu yang baru dibuat tanpa ada contoh sebelumnya baik sesuatu yang buruk ataupun sesuatu yang baik. Jadi definisi bid'ah adalah cara baru dalam agama yang dibuat untuk menyerupai syariat dengan maksud untuk melebihkan dalam beribadah kepada Alloh.
Ungkapan "cara baru dalam agama" itu maksudnya bahwa cara yang dibuat itu disandarkan oleh pembuatnya kepada agama padahal tidak ada dasarnya atau pedomannya dalam syariat.
Ungkapan "menyerupai syariat" sebagai penegasan bahwa sesuatu yang diada-adakan dalam agama itu pada hakikatnya tidak ada dalam syariat, bahkan bertentangan dengan syariat seperti mengharuskan cara dan bentuk tertentu yang tidak ada dalam syariat. Juga mengharuskan ibadah-ibadah tertentu yang dalam syariat tidak ada ketentuannya.
bid'ah dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Hal-hal yang baru yang bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah, maka yang demikian digolongkan sebagai bid'ah dholalah (bid'ah yang sesat).
2. Hal-hal yang baru yang dianggap baik dan tidak bertentangan dengan Al-Quran atau Sunnah. Maka yang demikian dikatagorikan sebagai bid'ah yang baik dan tidak tercela.
Sayyidina Umar pernah berkata berkenaan dengan pelaksanaan sholat tarawih, yaitu :
قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ وَالَّتِي يَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنْ الَّتِي يَقُومُونَ يُرِيدُ آخِرَ اللَّيْلِ وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ (رواه البخاري )
Perkataan Sayyidina Umar tentang sholat tarawih yang dilakukan dengan berjamaah terus-menerus di masjid bersama para sahabat sebagai bid'ah yang baik, karena Rosululloh n tidak memerintahkan untuk melakukannya. Rosululloh n melakukan sholat tarawih hanya tiga kali saja di masjid dan selanjutnya beliau sholat tarawih di rumah. Hal ini dilakukannya karena beliau khawatir sholat tarawih akan dianggap wajib oleh mereka. Ketika Nabi tidak datang untuk mengimami sholat tersebut, maka para sahabat sepakat untuk tetap melaksanakan sholat tersebut secara berjamaah dengan tujuan menghidupkan syiar Islam yang diperintahkan Alloh untuk selalu melaksanakan dan mencintainya.
Kalau melihat pengertian bid'ah secara bahasa adalah sesuatu yang baru yang tidak ada contoh sebelumnya, maka sholat tarawih dengan berjamaah terus-terus menerus dilakukan di masjid padahal Rosululloh hanya melakukannya tiga kali dan selajutnya diteruskan di rumah, bisa dikatakan sebagai perkara bid'ah yang baik, menurut pengertian bahasa. Contoh yang lain adalah menyediakan mimbar untuk berkhutbah, mendirikan bangunan sekolah dan hal-hal lain yang dulu belum pernah ada tetapi tidak bertentangan dengan syariat.
Adapun penjelasan hadist bahwa semua yang bid'ah adalah sesat dan yang semua kesesatan tempatnya neraka adalah pengertian bid'ah secara istilah. Maksudnya adalah bahwa perkara-perkara bid'ah itu adalah berhubungan dengan masalah-masalah agama yang tidak dicontohkan oleh Rosululloh atau tidak ada syariatnya dalam agama. Artinya apa-apa yang dilakukan umatnya yang ada kaitannya dengan agama pasti ada contoh Rosululloh. Dengan menambah atau mengurangi sesuatu yang sudah ditetapkan dalam syariat, maka inilah yang dinamakan dengan kullu bid'atin dlalalah wa kullu dlalalatin finnar . Untuk memperkuat pendapat ini ada hadist yang lain yang semakna dengan hadis sebelumnya :
أَخْبَرَتْنِى عَائِشَةُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ».رواه مسلم
Artinya : Aisyah telah mengabarkan kepadaku bahwasanya Rosululloh bersabda : "Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada keterangannya dari Kami (Alloh dan Rosul-Nya), maka tertolak amalan itu".
Menurut hadist ini sangat jelas dalam menggambarkan amalan baru yang tertolak, yaitu setiap amal yang tidak ada dasarnya dalam agama, baik yang mencakup tentang cara, sifat dan bentuk amal yang tidak terdapat keterangan dari Nabi n.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bid'ah hasanah itu dalam pengertian bahasa, adapun bahwa setiap bid'ah itu adalah sesat adalah dalam makna istilah. Dalam makna istilah inilah yang menjadi pedoman dan acuan bahwa semua bid'ah adalah sesat dan semua kesesatan tempatnya neraka.

Arsip pertanyaan 2

Arsip pertanyaan :

1. Menjawab Titipan salam
2. Wajibkah membalas salam di SMS
3. Sejarah NU-Muhamadiyah




PERTANYAAN JAWAB TITIP SALAM dari Soni Peace
ASSALAAMU'ALAIKUM...gus saya mw sdikit pnjelasan tentang salam.ketika kita dpt KIRIMAN seorang salam cew qt tu hrs jwb apa?klo qt jwb WA'ALAIKUM SLM tu bnr pa g?cz arti sbnarnya dr wa'alaikum slm kn sharusnya ketika qt brtatapan lngsng cew/orng tersbut,....klo seandainya qt dpt kiriman slm tu apa d jwb Alaika wa'alaikumussalam wr.wb atokah ALAIHA WA'alaikumussalm.......cz saya prna dnger d acara pnyerahan pengantin ketika ad shohibulhajja dpt kriman slm dr besannya...ketika itu pembawa acara lngsung mnjwb ALAIKUMSSALAM WRWB,.....kurang lbhny gt.mhon pnjelasanya,bila ad kkeliruan mhon maaf!! MATUR NUWUN.....
JAWAB : Walaikumussalam wr wb. Mas SONI Yth.
Jika kita dapat titipan salam dari orang lain, dengan mengatakan kepada kita : “si Fulan titip salam buat kamu” atau “kamu dapat salam dari si Fulan” dan yang semisalnya. Bagaimana cara kita menjawabnya?
Kita membalasnya dengan ucapan "alaika/alaiki wa alaihis/alaiha salaam" dengan mendahulukan salam kepada yang menyampaikan baru kepada yang titip salam. (alaika/alaiki wa alaihis/alaiha = disesuaikan lk/prp nya)
Ibnul Qoyyim berkata dalam Zaadul Ma’ad (2/427) : “dan termasuk petunjuknya shollallohu alaihi wa sallam, jika seseorang menyampaikan kepadanya salam dari orang lain, ia membalas kepadanya dan kepada orang yang menyampaikan.”
Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari (11/41) : “dan disukai untuk membalas (salam) atas orang yang menyampaikan.”
Musnad al-Imam Ahmad (6/117) Nabi : “wahai Aisyah, ini Jibril menyampaikan salam kepadamu” Aisyah menjawab :
عليك وعليه السلام ورحمة الله وبركاته
“‘Alaika wa ‘alaihis salaam wa rohmatulloh wa barokaatuh”.

NB. Jawaban kami diatas melihat situasi normal / tiada fitnah / maksiyat dll.
Bila ada yg kurang mohon Anggota berkenan menambahkan

---------------

Soni Peace 23 Desember jam 21:14
ASSALAAMU'ALAIKUM...

gus saya mw sdikit pnjelasan tentang salam.ketika kita dpt KIRIMAN seorang salam cew qt tu hrs jwb apa?klo qt jwb WA'ALAIKUM SLM tu bnr pa g?cz arti sbnarnya dr wa'alaikum slm kn sharusnya ketika qt brtatapan lngsng cew/orng tersbut,....klo seandainya qt dpt kiriman slm tu apa d jwb Alaika wa'alaikumussalam wr.wb atokah ALAIHA WA'alaikumussalm.......cz saya prna dnger d acara pnyerahan pengantin ketika ad shohibulhajja dpt kriman slm dr besannya...ketika itu pembawa acara lngsung mnjwb ALAIKUMSSALAM WRWB,.....kurang lbhny gt.mhon pnjelasanya,bila ad kkeliruan mhon maaf!!
MATUR NUWUN.....

An-nur Al-Murtadlo 24 Desember jam 6:23
PERTANYAAN JAWAB TITIP SALAM dari Soni Peace
ASSALAAMU'ALAIKUM...gus saya mw sdikit pnjelasan tentang salam.ketika kita dpt KIRIMAN seorang salam cew qt tu hrs jwb apa?klo qt jwb WA'ALAIKUM SLM tu bnr pa g?cz arti sbnarnya dr wa'alaikum slm kn sharusnya ketika qt brtatapan lngsng cew/orng tersbut,....klo seandainya qt dpt kiriman slm tu apa d jwb Alaika wa'alaikumussalam wr.wb atokah ALAIHA WA'alaikumussalm.......cz saya prna dnger d acara pnyerahan pengantin ketika ad shohibulhajja dpt kriman slm dr besannya...ketika itu pembawa acara lngsung mnjwb ALAIKUMSSALAM WRWB,.....kurang lbhny gt.mhon pnjelasanya,bila ad kkeliruan mhon maaf!! MATUR NUWUN.....
JAWAB : Walaikumussalam wr wb. Mas SONI Yth.
Jika kita dapat titipan salam dari orang lain, dengan mengatakan kepada kita : “si Fulan titip salam buat kamu” atau “kamu dapat salam dari si Fulan” dan yang semisalnya. Bagaimana cara kita menjawabnya?
Kita membalasnya dengan ucapan "alaika/alaiki wa alaihis/alaiha salaam" dengan mendahulukan salam kepada yang menyampaikan baru kepada yang titip salam. (alaika/alaiki wa alaihis/alaiha = disesuaikan lk/prp nya)
Ibnul Qoyyim berkata dalam Zaadul Ma’ad (2/427) : “dan termasuk petunjuknya shollallohu alaihi wa sallam, jika seseorang menyampaikan kepadanya salam dari orang lain, ia membalas kepadanya dan kepada orang yang menyampaikan.”
Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari (11/41) : “dan disukai untuk membalas (salam) atas orang yang menyampaikan.”
Musnad al-Imam Ahmad (6/117) Nabi : “wahai Aisyah, ini Jibril menyampaikan salam kepadamu” Aisyah menjawab :
عليك وعليه السلام ورحمة الله وبركاته
“‘Alaika wa ‘alaihis salaam wa rohmatulloh wa barokaatuh”.

-------------------

PERTANYAAN :
محمد فوأد Saya mau tny tentang NU vs MUHAMMADIYAH,bgmn sejarahnya di indonesia.Saya hdup hmpir di antara keduanya,jd saya bingung dg posisi dan khdupan saya saat ini.Mksh sblumnya
JAWABAN :
SEJARAHNYA :
Muhammadiyah (lahir 1914, didirikan oleh KH Ahmad Dahlan) adalah lembaga yang lahir dari inspirasi pemikir-pemikir modern seperti Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Rida (yang sangat rasional) sekaligus pemikir salaf (yang literalis) seperti Ibn Taymiah, Muhammad bin Abdul Wahab. Wacana pemikiran modern misalnya membuka pintu ijtihad, kembali kepada Quran dan Sunah, tidak boleh taqlid, menghidupkan kembali pemikiran Islam. Sedang wacana salaf adalah bebaskan takhayul, bid'ah dan khurafat (TBC). Yang menjadi masalah, banyak dari kategori TBC tersebut (VESRI Muhammadiyah) justru diamalkan di kalangan NU.
Di sisi lain NU (Nahdhatul Ulama, didirikan antara lain oleh KH Hasyim Asy'ari, 1926), lahir untuk menghidupkan tradisi bermadzhab, mengikuti ulama. Sedikit banyak kelahiran Muhammadiyah memang memicu kelahiran NU.
PENDIRINYA:
menurut sejarah, KH A Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari sama-sama pernah berguru kepada Syaikh Ahmad Katib Minangkabawi, ulama besar madzhab Syafi'i di Makkah. Ketika bergaung pemikiran Abduh dan muridnya Rasyid Ridha di Mesir, KH A Dahlan sangat tertarik dan mengembangkannya di Indonesia. Sedang KH Hasyim Asy'ari justru kritis terhadap pemikiran mereka...
PERBEDAAN BERBAGAI SISINYA:
Aqidah:
NU: Mengikuti paham Asy'ariah/Maturidiah
Muhammadiyah: Mengikuti paham salaf/Wahabi* (Ibn Taymiah, Muhammad bin Abdul Wahab, Ibn Qayyim)
Fiqh:
NU: Keharusan mengikuti salah satu madzhab (terutama Syafi'i)
Muhammadiyah: Langsung kepada Al-Quran dan Sunah, dan tarjih (memilih pendapat yang terkuat)
Tasauf/tarikat
NU: Menerima tasauf, dan tariqah yang mu'tabar (diakui)
Muhammadiya: Menolak tasauf dan tariqah

Pemikiran yang dominan
NU: Pemikir klasik : Asy'ari, Al-Ghazali, Nawawi, dll
Muhammadiyah: Ibn Taymiah, Muhammad bin Abdul Wahab, Ibn Qayyim, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha

Arsip Tanya Jawab Agama

Berikut adalah arsip tanya jawab yang masuk kedalam FB kami :
1. Hukum memlihra Anjing
2. Hukum gaji PNS
3. Do'a Hamil



Indah Cahyani Indah Cahyani :
Assalamualaikum??sy ingn tanya,bgamana hkumnya memelhara anjing ?kmdian alasan apa anjing diharamkan?? Padahal allah menciptakan anjing yg indah dg bulu yg putih tebal n tdk menjijikkan?apa keharamannya ada pada memakannya atau jg memeliharanya?
Masykur ilaikum. .
Wassalamualaikum wr wb.

An-nur Al-Murtadlo :

waalaikum salam:

hukum Memelihara Anjing

a. Memelihara Anjing untuk kepentingan berburu, menjaga tanaman / halaman/ pekarangan, menjaga ternak dan kepentingan lainnya seperti Menjaga rumah, mencari Penjahat atau menangkap penjahat, dan sebagainya Diperbolehkan

b. Memelihara Anjing tidak untuk kepentingan yang bermanfaat seperti untuk kesenangan saja / sebagai hiasan rumah Tidak Diperbolehkan

Dasar / Dalil Dalil.

* Imam Syafi.

( Diambil dari Kitab Madjmusyarah Kitab Muhadzah Juz 9 Hal.23 oleh Imam Nawawi ), yaitu ; Tidak Boleh Memelihara Anjing, kecuali untuk Berburu, Menjaga Ternak Ternak / Tanaman atau Hal Semacam itu

* Hadis Muslim Juz I Hal 685. (Diceritakan oleh Ibnu Umar ).

Sesungguhnya Rasulullah SAW memerintahkan membunuh Anjing kecuali Anjing untuk Berburu, untuk menjaga Ternak / Kambing.

* Hadis Muslim Juz I Hal. 686.

Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : Barang Siapa Memelihara Anjing kecuali Anjing Penjaga Ternak, Anjing Berburu / Anjing Penjaga Ladang, maka amalnya setiap hari akan dikurangi dengan satu Qiroth .

**Kata Qiroth dalam hadis itu merupakan ukuran sebesar Gunung Uhud.

Hadis Buchori Juz 7 Hal 114.

Dari ADY Bin Hatim Berkata ; Saya menanyakan kepada Rasulullah SAW bahwa saya termasuk kaum berburu dengan anjing, maka Rasulullah SAW bersabda :Jika engkau melepaskan anjing-anjing mu yang terdidik dan engkau menyebut nama Allah, maka makanlah apa yang ditangkap oleh Anjing itu, kecuali bila anjing itu memakannya maka Jangan engkau makan. Saya khawatir kalau-kalau anjing itu menangkap untuk dirinya sendiri, dan jika bercampur anjing itu dengan anjing lain (Anjing yang tidak Terdidik) maka Janganlah engkau makan.


alasan keharaman anjing:
1. petunjuk rasul spt hadits 2 di atas
2. sebagai ujian, kita taat apa menolaknya
3. dalam melaksanakan satu ibadah, dahulukan pertunjuk baru akal bukan sebaliknya....


Hukum makan anjing sudah jelas...karena ia najis mugoladoh...


Muhammad Subhan : Salaamun 'alaik gus...
Bgmn hukumnya gaji pegawai negeri sipil (PNS) ?
Syukron 'ala ijaabatikum.


Ibnu Utsmani : yaqin SUBHAT

An-nur Al-Murtadlo : WAALAIKUM SALAM @IBNU: BETUL...
MENAMBAHKAN SAJA:

soal gaji PNS pernah di bahas dalam bahsul masail yg sempat terjadi perdebatan panjang. Ada yang berpendapat gaji PNS tidak jelas. Sebab, gaji PNS yang diambilkan dari APBN merupakan kumpulan dari sumber pendapatan berbagai hal. Mulai yang haram seperti pajak tempat maksiat, minuman keras dan lain sebagainya. Namun, di akhir perdebatan yang masing-masing menyampaikan dasar dari kitab, disimpulkan gaji PNS makruh.

dalam kehidupan Rasul: beliau pernah menerima hadiah dari orang musyrik yg tidak disangsikan lagi bahwa didalam harta orang-orang Musyrik yang telah memberikan hadiah-hadiahnya kepada Rasulullah saw tidaklah sepenuhnya halal, akan tetapi sudah bercampur dengan sesuatu yang diharamkan oleh syariat. Namun demikian Rasulullah saw menerima pemberian itu semua bahkan ada sebagiannya yang dimanfaatkan oleh beliau saw.

Imam Suyuthi menyebutkan bahwa bermuamalah dengan pemilik harta yang sebagian besarnya adalah haram pada asalnya dibolehkan akan tetapi makruh selama dia tidak mengetahui bahwa harta itu haram, demikian pula menerima pemberian dari penguasa yang ditangannya lebih banyak yang haramnya. (al Asbah wa an Nazhoir juz I hal 196)

Imam Ghazali mengatakan bahwa apabila sesuatu yang haram yang tidak bisa diperkirakan telah bercampur dengan yang halal yang tidak bisa diperkirakan, seperti hukum harta pada zaman kita ini maka tidaklah diharamkan mengambil sesuatu darinya selama harta itu mengandung yang halal dan haram kecuali ada bukti terhadap harta itu yang menunjukkan bahwa ia adalah haram. Dan apabila didalam hartanya itu tidak ditemukan bukti yang menunjukkan keharamannya maka meninggalkannya merupakan diantara sifat wara’ meskipun mengambilnya adalah halal dan orang yang memakannya tidaklah dianggap fasiq. (Ihya Ulumuddin juz II hal 117)

ada tambahan tafaddhal...

Mas Ham :
tanya: amalan doa apa yg bisa qt lakukan disaat istri mgandung...?


An-nur Al-Murtadlo :
Doa Ijazah dari KHM Badruddin Anwar :

DIBACA OLEH SUAMI
اللهم احْفَظْ حَمْلَ زَوْجَتِيْ مَادَامَ فِيْ بَطْنِهَا وَاشْفِهِ مَعَ أُمِّهِ بِبَرَكَةِ سَيِّدِنَا محمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَصَوِّرْهُ فِيْ بَطْنِهَا صُوْرَةً حَسَنَةً وَأَخْرِجْهَ مِنْ بَطْنِهَا وَقْتَ وِلادَتِهَا سَهْلا وَسَلامًا وَسَعِيْدًا وَنَفِيْعًا فِي الدُّنْيَا والآخرةِ والحمد لله رب العالمين

DIBACA OLEH ISTRI
اللهم احْفَظْ وَلَدِى مَادَامَ فِيْ بَطْنِيْ وَاشْفِهِ أَنْتَ الشَّافِي لا شِفَاءَ إِلا شِفَاءُكَ شِفَاءً لايُغَادِرُ سَقَمًا اللهم صَوِّرْهُ صُوْرَةً حَسَنَةً وَثَبِّتْ قَلْبَهُ إِيْمَانًا بِكَ وَبِرَسُوْ لِكَ اللهم أَخْرِجْهُ مِنْ بَطْنِي وَقْتَ وِلادَتِهِ سَهْلا وَتَسْلِيْمًا وَاجْعَلْهُ صَحِيْحًا كَامِلا حَاذِقًا عَالِمًا عَامِلا اللهم طَوِّلْ عُمْرَهُ وَصَحِّحْ جَسَدَهُ وَحَسِّنْ خَلْقَهُ وَافْصَحْ لِسَانَهُ لِقَرَاءَةِ الْقُرْأنِ وَالْحَدِيْثِ بِبَرَكَةِ محمَّدٍ صلى الله عليه وسلم

DOA KHUSUS

بِصَمْصَامٍ طَمْـطَامٍ وَيَا خَـيْرَ بَادِحٍ ÷ بِمَـهْرَاشٍ مَـهْرَاشٍ بِـدَالنَّارِ احْمَدَّتْ
Baca surat Yusuf dan surat Maryam

بسم الله الرحمن الرحيم
اللهُمَّ احْفِظْ وَلَدِى مَادَامَ فِى بَطْنِى وَاشْفِهِ اَنْتَ الشَّافِى لاَ شِفَاءَ اِلاَّ شِفَاءُكَ شِفَاءً عَاجِلاً لاَ يُفَادِرُ سَقَمًا وَاَنْتَ خَيْرُ مَسْئُوْلْ . اللهُمَّ صَوِّرْ مَا فِى بَطْنِى صُوْرَةً حَسَنَةً جَمِيْلَةً وَثَبِّتْ قَلْبَهُ اِيْمَانًا بِكَ وَبِرَسُوْلِكَ . اللهُمَّ اخْرِجْهُ مِنْ بَطْنِى وَقْتَ وِلاَدَتِهِ سَهْلاً وَتَسْلِيْمًا لاَمُعْسِرًا وَانْفَعْنِى بِهِ فِى الدُّنْيَا واْلاَخِرَةِ . امين . وَتَقَبَّلْ دُعَائِى كَمَا تَقَبَّلْ دُعَاءَ نَبِيِّكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ . اللهُمَّ احْفَظِ الْوَلَدَ الَّذِى اَخْرَجْتَ مِنْ عَالَمِ الظُّلْمِ اِلَى عَالَمِ النُّوْرِ وَاجْعَلْهُ صَحِيْحًا كَامِلاً عَاقِلاً لَطِيْفًا حَاذِقًا عَالِمًا عَامِلاً مُبَارَكًا مِنْ كَلاَمِكَ الْقَدِيْمِ حَافِظًا . اللهُمَّ طَوِّلْ عُمْرَهُ وَصَحِّحْ جَسَدَهُ وَحَسِّنْ خُلُقَهُ وَافْصِحْ لِسَانَهُ وَاَحْسِنْ صُوْرَتَهُ لِقِرَائَةِ الْقُرْأَنِ وَالْحَدِيْثِ اَلنَّبَوِيِّ بِجَاهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وِالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .
سورة فتح اية 29 سبانياك ×41


Selasa, 08 Desember 2009

Apakah Anda Bahagia???

Di dunia ini, Tiada orang yang ingin hidupnya sengsara. Semuanya ingin bahagia. Namun banyak dari mereka tidak bisa meraihnya walaupun telah mengorbankan segala-galanya. Diantara mereka ada yang beranggapan bahwa kebahagiaan itu terletak pada harta benda yang bertumpuk-tumpuk, maka mereka mengorbankan segala-galanya untuk meraihnya, akan tetapi dia tidak mendapatinya dan sia-sia pengorbanan nya. Ada juga yang beranggapan bahwa kebahagian itu terletak pada ketinggian pangkat dan jabatan, maka mereka mengorbankan apa saja yang dituntut nya, begitu juga

teryata mereka tidak mendapatkannya. Demikianlah gam-baran cita-cita hidup ingin meraih kebahagiaan.

Lalu dimanakah kebahagiaan itu? Pertanyaan ini membutuhkan jawaban agar setiap orang tidak putus asa ketika dia berusaha menjalani pengorbanan hidup tersebut. Abdurrahman As-sa'dy dalam mukadimah risalah beliau Al-Wasailul Mufiidah lil hayati As-Sa'idah mengatakan: "Sesungguhnya ketena-ngan dan ketenteraman hati dan hilang nya kegundahgulanaan darinya itulah yang dicari oleh setiap orang. Karena dengan dasar itulah akan didapati kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki".

Kebahagiaan dapat dilihat dari indikator-indikatornya. Dalam sebuah Hadits disebutkan :

وقال عقبة بن عامر لرسول الله صلى الله عليه وسلم ماالنجاة يا رسول الله فقال يا عقبة أمسك عليك لسانك وليسعك بيتك وابك على خطيئتك

Sahabat Nabi SAW, Uqbah bin Amir RA bertanya, ''Hai Rasulallah, apa saja yang membuat seseorang sukses (bahagia dan selamat) dalam hidupnya? Rasul menjawab, ''Peliharalah lidahmu, berlapanglah kamu di rumahmu, menangislah terhadap kesalahan (dosa) yang engkau lakukan.'' (HR Abu Dawud, Turmudzi)

Setiap manusia yang beriman pasti menginginkan kebahagian dan kesukse-san hidup dalam kehidupannya, dunia dan akhirat. Pemimpin umat, Rasulullah SAW, memberi kiat yang sangat sederhana untuk meraihnya. Bukan dengan gelimang harta, memperoleh jabatan tinggi, atau beristri perempuan tercantik. Namun hanya tiga hal saja.

Pertama, memelihara lidah dari mengu-capkan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Dalam kehidupan sehari-hari, peranan lidah sangatlah menentukan. Betapa bahayanya lidah bila diperguna-kan untuk yang tidak baik, misalnya berdusta, memfitnah, dan sebagainya
Rasul bersabda:

إن أكثر خطايا ابن آدم في لسانه
Sesungguhnya dosa yang terbanyak dari anak adam adalah (karena) lisan nya.(Hadits) Karena itu, lidah sangat potensial untuk membahagiakan atau membuat orang lain menderita.

Demikian pentingnya kedudukan lidah, maka Islam menginginkan masing-masing kita menjaga ucapannya dan mengarahkannya kepada hal-hal yang positif serta baik. Hadits Nabi SAW,

من آمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت
''Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat hendaklah ia berkata yang baik atau diam.'' (HR Bukhari - Muslim(

Kedua, berlapang-lapang di dalam rumah, artinya bagaimana rumah bisa dijadikan perisai dalam menghadapi berbagai godaan dan gangguan. Memfungsikan rumah sebagai tempat membina keluarga bahagia, tempat beribadah, beramal, berukhuwah, dan membina masa depan keluarga. Rumah juga merupakan madrasah pertama.

Perlu diingat, harapan tersebut sulit diwujudkan bila keadaan dan situasi rumah jauh dari suasana Islami. Hanya sinar iman dalam keluargalah yang akan membuat rumah itu tenang dan damai penuh dengan sakinah mawaddah wa rahmah.

Rumah seperti inilah yang menjadi surga bagi setiap penghuninya. “Baity Jannatiy”. Rumah sebagai surga tidak berarti harus mewah dan besar sebab semuanya terletak dalam hati masing-masing orang yang ada didalamnya. Maka keluasan rumah tergantung keluasan hati pemiliknya.

Ketiga, menangisi kesalahan, perbuatan dosa atau pelanggaran terhadap hukum akan membuat hati seseorang tidak tenang. Semakin banyak berbuat kesalahan, hidup akan semakin tidak nyaman. Karena itu, ''menangisi'' kesalahan, yaitu bertobat dengan sepenuh hati adalah utama.

Di dalam Alquran banyak sekali perintah agar setiap kita selalu bertobat kepada Allah dari berbagai perbuatan dosa. Firman-Nya, ...bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu ber untung...'' (An-Nur : 31).
Menangis dimalam hari karena Allah akan mendatangkan ketentraman dan kebahagiaan dalam hidup ini, sebagai mana dilakukan oleh baginda Rasul SAW.

Pada suatu malam siti aisyah sedang berdua bersama Nabi SAW, lalu tiba-tiba beliau SAW berkata : "Wahai Aisyah, beri izin aku beribadah pada malam ini untuk Rabb-ku? Maka aisayh berkata : Demi Allah! Aku sedang menikmati berdekatan dengan anda & bermesraan dengan anda. Maka bangunlah beliau lalu berwudhu lalu berdiri shalat. Maka lanjut Aisyah : Dan tidak berhenti-henti beliau SAW menangis (dalam shalatnya) sampai bergetar-getar dadanya. Lalu lanjut Aisyah : Lalu saat beliau SAW duduk, ia pun tidak berhenti-henti menangis sampai berlinangan airmata menetes dari janggutnya.

Demikian sederhana kunci kebahagiaan yang diberikan Rasulullah pada kita, tetapi sarat akan makna. Demi menge-jar kebahagiaan sebenarnya Anda tak perlu mempunyai deposito miliaran rupiah, atau apartemen mewah di jantung kota. Kunci kebahagiaan itu sudah ada di dada masing-masing kita, tinggal bagaimana kita menggali dan menghadirkannya setiap saat.


Bunuh Diri, Fenomena dan Antisipasinya

almurtadlo ed.336>Dalam minggu2 terakhir terdapat banyak sekali kasus bunuh diri. Diantaranya dilakukan seorang perempuan dan anak laki-laki ber umur 3 tahun di Pasar Darmo Trade Centre Wonokromo Surabaya. Perempuan itu lompat dari lantai 4, setelah ia melempar anaknya ter lebih dulu. Anak laki-laki itu langsung tewas, sedangkan ibunya dalam kondisi kritis.

Di Jakarta, seorang perempuan usia 24 tahun asal Palembang bunuh diri dengan lompat dari lantai 5 Grand Indonesia Shopping Town.

Dan di hari yang sama, pria berusia 25 tahun warga patal senayan, Jakarta Selatan bunuh diri dengan lompat dari lantai 5 Senayan City Jakarta. Bahkan kemarin, ada pria lompat dari lantai 7 Mangga 2 Square Jak-ut. Peristiwa bunuh diri di atas adalah sekelumit kisah nyata yang terjadi sehari-hari. Terlepas berbagai ma-cam motivasinya, Islam melarang bunuh diri bahkan pelaku nya di ancam dengan neraka.

Jundub bin Abdullah mengatakan bahwa Nabi saw. Bersabda: “Dahulu, pada umat sebelum kalian, ada

seorang laki-laki yang terluka. Ia tidak sabar lalu ia mengambil pisau dan dia potong sendiri tangannya. Belum lagi darahnya kering, orang itu pun meninggal dunia. Lalu Allah Ta’ala berfirman,

بادرني عبدي بنفسه حرمت عليه الجنة

“Hamba-Ku telah mendahului Aku dengan nyawanya, maka Aku haram kan baginya surga.” (HR Bukhari)

Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw.: “Barang siapa membunuh dirinya dengan benda tajam, nanti di Jahan-nam benda itu akan ditusuk-tusukkan nya ke perutnya dan ia kekal di dalam nya. Barang siapa membunuh dirinya dengan racun, nanti di Jahannam, ia akan memegang racun itu dengan tangannya lalu menghirupnya dan ia kekal di dalam nya. Barang siapa membunuh dirinya dengan terjun dari puncak gunung, ia nanti akan terjun ke dalam neraka Jahannam dan ia kekal di dalamnya.” (HR Bukhari Muslim)

Tsabit bin Dlahhak meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,

وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ فِي الدُّنْيَا عُذِّبَ بِهِ فِي الْآخِرَةِ

“Barang siapa membunuh dirinya

dengan sesuatu, kelak ia akan disiksa dengan sesuatu itu di neraka Jahan-nam.” (HR Ahmad)

Manusia dimuliakan oleh Allah dan di utamakan melebihi kebanyakan makh-luk ciptaan-Nya yang lain dan karena nya Allah menjadikannya sebagai Khalifah dimuka bumi yang diserahi amanah dan tanggung jawab. Orang yang bunuh diri adalah berdosa besar karena ia telah lari dari tanggungjawab nya. Dan lebih parah dari itu perbuatan bunuh diri itu menunjukkan kurangnya keper-cayaan yang bersangkutan ter hadap kemurahan Tuhannya.

Fenomena bunuh diri Menurut pakar psikologi John W Santrock biasanya didahului oleh depresi / tekanan bathin yang melanda pelakunya. Depresi didahului oleh frustasi, yakni situasi di mana seseorang tidak mampu mencapai tujuan yang diinginkan dan putus asa. Sedangkan frustasi didahului oleh stres, yakni respon individu terhadap keadaan, yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk meng-hadapinya sampai mengganggu pikiran dan perilaku.

Menghadapi sebuah kegagalan, tidak tercapainya target dan tujuan tidak boleh dengan potong kompas, bunuh diri. Sebagai seorang yang beriman haruslah optimis selalu dalam memandang kehidupan. La Tay’asu mir rouhillah, Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, Yakinlah Allah akan memberi kan balasan atas kesungguhan kita dan pertolongan bagi hamba-Nya

Hadapilah sebuah kegagalan, tidak tercapainya target dan tujuan dengan RUMUS H2N, yaitu Hadapi, Hayati dan Nikmati.

Hadapilah kegagalan karena itu adalah kenyataan, hayatilah kega-galan itu untuk menemukan sebuah makna dan hikmah lalu Nikmatilah, karena kegagalan yang menjadi pelajaran akan menjadi awal dari sebuah keberhasilan. Jika kita bisa memperbaiki diri dan bangkit lagi setelah kegagalan sebelumnya, dan menyikapinya secara positif dan kon-struktif, pasti mendatangkan kekua-tan dorongan yang luar biasa. Inilah the power behind failure, kekuatan di balik kegagalan.

Selain paparan diatas, Depresi, frustrasi dan stress tidak akan menimpa orang yang berdzikir dengan meyakini keagungan Allah. Sebab dengan berdzikir hati kita menjadi tentram. Hal ini bukanlah sekedar teori belaka.

Penelitian yang mencakup banyak segi tentang hubungan antara keya-kinan agama dan kesehatan jasmani yang dilakukan oleh Dr. Herbert Benson dari Fakultas Kedokteran Harvard telah menghasilkan kesim-pulan yang mencengangkan di bidang ini. Walaupun bukan seorang yang beragama, Dr. Benson telah menyim-pulkan bahwa ibadah dan keimanan kepada Allah memiliki lebih banyak pengaruh baik pada kesehatan manusia daripada keimanan kepada apapun yang lain. Benson menyata-kan, dia telah menyimpulkan bahwa tidak ada keimanan yang dapat mem-berikan banyak kedamaian jiwa se-bagaimana keimanan kepada Allah.

Sungguh, ini merupakan bukti kebe-saran Allah SWT yang maha benar dengan segala firman-Nya. Wallahu A’lam



Jumat, 04 Desember 2009

MATERI PENGAJIAN TAFSIR WAQIAH

[إذا وقعت الواقعة] أي إذا قامت القيامة ، التي لابد من وقوعها ، وحدثت الداهية الطامة، التي ينخلع لها قلب الإنسان ، كان من الأهوال ما لا يصفه الخيال ، قال البيضاوي : سميت واقعة لتحقق وقوعها وقيل : لأنها تقع عن قرب . وقيل : لكثرة ما يقع فيها من الشدائد . وفيه إضمار ، أي اذكروا إذا وقعت الواقعة . وقال الجرجاني : «إِذا» صلة؛ أي وقعت الواقعة؛ كقوله : { اقتربت الساعة } [ القمر : 1 ] و { أتى أَمْرُ الله } [ النحل : 1 ] وهو كما يقال : قد جاء الصوم أي دنا واقترب . وعلى الأوّل «إِذَا» للوقت ، والجواب قوله
: { فأصحاب الميمنة مَآ أصحاب الميمنة }
وقال ابن عباس : الواقعة اسم من أسماء القيامة ، كالصاخة ، والآزفة ، والطامة ، وهذه الأشياء تقتضي عظم شأنها. يقول القرطبي معللا لسبب كثرة أسماء يوم القيامة: ( وكل ما عظم شأنه تعددت صفاته وكثرت أسماؤه ، وهذا مهيع كلام العرب ، ألا ترى أن السيف لما عظم عندهم موضعه وتأكد نفعه لديهم وموقعه جمعوا له خمسمائة أسم وله نظائر ، فالقيامة لما عظم أمرها وكثرة أهوالها سماها الله تعالى في كتابه بأسماء عديدة ووصفها بأوصاف كثيرة )ا

وهذه بعض أسماء يوم القيامة : يوم الآزفة : قال تعالى ( وأنذرهم يوم الآزفة إذ القلوب لدى الحناجر كاظمين ما للظالمين من حميم ولا شفيع يطاع) ويوم التغابن: قال تعالى ( وم يجمعكم ليوم الجمع ذلك يوم التغابن) ويوم التلاق : قال تعالى ( رفيع الدرجات ذو العرش يلقي الروح من أمره على من يشاء من عباده لينذر يوم التلاق) ويوم الصاخة : قال تعالى : ( فإذا جاءت الصاخة ) ويوم الواقعة : قال تعالى ( إذا وقعت الواقعة ) ويوم الطامة الكبرى : قال تعالى ( فإذا جاءت الطامة الكبرى ) ويوم القارعة: قال تعالى ( القارعة ، ما القارعة ) ويوم الغاشية : قال تعالى ( هل أتاك حديث الغاشية ) ويوم الحاقة : قال تعالى ( الحاقة ، ما الحاقة ) ويوم الحساب : قال تعالى ( هذا ما توعدون ليوم الحساب ) ويوم الدين : قال تعالى ( مالك يوم الدين ) ويوم الفصل : قال تعالى ( إن يوم الفصل كان ميقاتا )ويوم الوعيد : قال تعالى ( ونفخ في الصور ذلك يوم الوعيد ) واليوم المشهود: قال تعالى ( ذلك يوم مجعون له الناس وذلك يوم مشهود ) ويوم الخلود : قال تعالى (ادخلوها بسلام ذلك يوم الخلود ) واليوم العظيم : قال تعالى ( قل إني أخاف إن عصيت ربي عذاب يوم عظيم ) ويوم التناد : قال تعالى (ويا قوم إني أخاف عليكم يوم التناد ) ويوم الجمع: قال تعالى ( لتنذر أم القرى ومن حولها وتنذر يوم الجمع لاريب فيه ) ويوم الحسرة : قال تعالى ( وأنذرهم يوم الحسرة إذ قضي الأمر وهم في غفلة وهم لا يؤمنون ) ويوم الخروج : قال تعالى : (يوم يسمعون الصيحة بالحق ذلك يوم الخروج ) والساعة : قال تعالى ( إن الساعة آتية أكاد أخفيها ) ويوم الفتح : قال تعالى : ( قل يوم الفتح لا ينفع الذيم كفروا إيمانهم ولا هم ينظرون )

[ليس لوقعتها كاذبة] أي لا يكون عند وقوعها نفس كاذبة، لكذب بوقوعها كحال المكذبين اليوم ، لأن كل نفس تؤمن حينئذ ، لأنها ترى العذاب عيانا ، كقوله تعالى : [فلما رأوا بأسنا قالوا آمنا بالله وحده] (( هذا القول هو الأرجح في تفسير الآية الكريمة وهو اخنيار البيضاوي وأبي السعود والألوسى ، واختار ابن كثير أن المعنى : ليس لوقوعها - إذا اراد الله - صارف يصرفها ولا دافع يدفعها ، وروي نحو هذا عن الحسن وقتادة : والأول أدق وأظهر ، والله اعلم )).

[خافضة رافعة] أي هي خافضة لأقوام رافعة لآخرين ، تخفض أعداء الله في النار، وترفع أولياء الله في الجنة، قال الحسن : تخفض أقواها إلى الجحيم ، وإن كانوا في الدنيا أعزة ، وترفع آخرين إلى أعلى عليين ، وإن كانوا في الدنيا وضعاء.. ثم بين تعالى متى يكون ذلك ، فقال سبحانه :

[إذا رجت الأرض رجا] أي زلزلت زلزالا عنيفا ، واضطربت اضطرابا شديدا ، بحيث ينهدم كل ما حولها، وما فوقها من بناء شامخ ، وطود راسخ ، قال المفسرون : ترج كما يرج الصبى في المهد، حتى ينهدم كل ما عليها من بناء، وينكسر كل ما فيها من جبال وحصون

[وبست الجبال بسا] أي فتتت تفتيتا حتى صارت كالدقيق المبسوس - وهو المبلول - بعد أن كانت شامخة

[فكانت هباء منبثا] أي فصارت غبارا متفرقا، متطايرا في الهواء ، كالذي يرى في شعاع الشمس إذا دخل النافذة فهذا هو الهباء ، والمنبث المتفرق ، وهذه الآية كقوله تعالى : [وتكون الجبال كالعهن المنفوش ] وقوله : [وسيرت الجبال فكانت سرابا]




[وكنتم أزواجا ثلاتة] أي وكنتم - أيها الناس - أصنافا وفرقا ثلاثة "أهل اليمين ، وأهل الشمال ، وأهل السبق" فأما السابقون فهم أهل الدرجات العلى في الجنة ، وأما أصحاب اليمين فهم سائر أهل الجنة ، وأما أصحاب الشمال فهم أهل النار، وهذه مراتب الناس في الآخرة!! قال ميمون بن مهران : إثنان في الجنة وواحد في النار ، ثم فصلهم تعالى بقوله :

[فأصحاب الميمنة ما أصحاب الميمنة]؟ استفهام للتفخيم والتعظيم أي هل تدري أي شيء أصحاب الميمنة؟ من هم ؟ وما هي حالهم وصفتهم ؟ إنهم الذين يؤتون صحائفهم في أيمانهم ، فهو تعجيب لحالهم ، وتعظيم لشأنهم ، في دخولهم الجنة وتنعمهم بها

[وأصحاب المشئمة ما أصحاب المشئمة]؟ أي هل تدري من هم ؟ وما هي حالهم وصفتهم ؟ إنهم الذين يؤتون صحائفهم بشمالهم ، ففيه تعجيب لحالهم في دخولهم النار وشقائهم ، قال القرطبي : والتكرير في [ما أصحاب الميمنة] و[ما أصحاب المشئمة] للتفخيم والتعجيب كقوله [الحاقة ما الحاقة] وقوله : [القارعة ما القارعة] وقال الألوسي : والمقصود التفخيم في الأول ، والتفظيع في الثاني ، وتعجيب السامع من شأن الفريقين ، في الفخامة والفظاعة كأنه قيل : فأصحاب الميمنة في غاية حسن الحال ، وأصحاب المشأمة في غاية سوء الحال

وفي صحيح مسلم من حديث الإسراء عن أبي ذرّ عن النبيّ صلى الله عليه وسلم قال : " فلما عَلَونا السماء الدنيا فإذا رجل عن يمينه أَسْوِدة وعن يساره أَسْوِدة قال فإذا نظر قِبل يمينه ضحك وإذا نظر قِبل شماله بكى قال فقال مرحباً بالنبيّ الصالح والابن الصالح قال قلت يا جبريل من هذا قال هذا آدم عليه السلام وهذه الأسوِدة التي عن يمينه وعن شماله نَسَم بنيه فأهل اليمين أهل الجنة والأسوِدة التي عن شماله أهل النار "ق

[والسابقون السابقون ] هذا هو الصنف الثالث من الأزواج الثلاثة أي والسابقون إلى الخيرات والحسنات ، هم السابقون إلى النعيم والجنات

روي عن النبيّ صلى الله عليه وسلم أنه قال : « السابقون الذين إذا أعطوا الحقّ قبلوه وإذا سئلوه بذلوه وحكموا للناس كحكمهم لأنفسهم » ذكره المهدوي . وقال محمد بن كعب القُرَظيّ : إنهم الأنبياء . الحسن وقتادة : السابقون إلى الإيمان من كل أمة . ونحوه عن عكرمة . محمد بن سيرين : هم الذين صَلُّوا إلى القبلتين؛ دليله قوله تعالى : { والسابقون الأولون مِنَ المهاجرين والأنصار } [ التوبة : 100 ] . وقال مجاهد وغيره : هم السابقون إلى الجهاد ، وأوّل الناس رواحاً إلى الصلاة . وقال عليّ رضي الله عنه : هم السابقون إلى الصلوات الخمس . الضحاك : إلى الجهاد . سعيد بن جُبير : إلى التوبة وأعمال البر؛ قال الله تعالى : { وسارعوا إلى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ } [ آل عمران : 133 ] ثم أثنى عليهم فقال : { أولئك يُسَارِعُونَ فِي الخيرات وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ } [ المؤمنون : 61 ] . وقيل : إنهم أربعة؛ منهم سابق أمة موسى وهو حزقيل مؤمن آل فرعون ، وسابق أمة عيسى وهو حبيب النجار صاحب أنطاكية ، وسابقان في أمة محمد صلى الله عليه وسلم وهما أبو بكر وعمر رضي الله عنهما؛ قاله ابن عباس؛ حكاه الماوردي . وقال شُمَيْط بن العجلان : الناس ثلاثة؛ فرجل ابتكر للخير في حداثة سنه داوم عليه حتى خرج من الدنيا فهذا هو السابق المقرّب ، ورجل ابتكر عمره بالذنوب ثم طول الغفلة ثم رجع بتوبته حتى ختم له بها فهذا من أصحاب اليمين ، ورجل ابتكر عمره بالذنوب ثم لم يزل عليها حتى ختم له بها فهذا من أصحاب الشمال ق

، ثم أثنى عليهم بقوله : [أولئك المقربون ] أي أولئك هم المقربون من الله ، في جواره ، وفي ظل عرشه ، ودار كرامته

[في جنات النعيم ] أي هم في جنات الخلد يتنعمون فيها ، قال الخازن : فإن قلت : لم أخر ذكر السابقين وكانوا أولى بالتقديم على أصحاب اليمين ؟ قلت : فيه لطيفة ، وذلك أن الله ذكر في أول السورة الأمور الهائلة عند قيام الساعة تخويفا لعباده ، فإما محسن فيزداد رغبة في الثواب ، وإما مسيء فيرجع عن إساءته خوفا من العقاب ، فلذلك قدم أصحاب اليمين ليسمعوا ويرغبوا ، ثم ذكر أصحاب الشمال ليرهبوا ، ثم ذكر السابقين وهم الذين لا يحزنهم الفزع الأكبر ليجدوا ويجتهدوا

[ثلة من الأولين] أي السابقون المقربون جماعة كثيرة من الأمم السالفة والثُّلَّة من ثَلَلت الشيء أي قطعته ، فمعنى ثلة كمعنى فرقة؛ قاله الزجاج

[وقليل من الأخرين ] أي وهم قليل من هذه الأمة ، قال القرطبي : وسموا قليلا بالإضافة إلى من كان قبلهم ، لأن الأنبياء المتقدمين كانوا كثيرين ، فكثر السابقون إلى الإيمان منهم ، فزادوا على عدد من سبق إلى التصديق من أمتنا ، قال الحسن : سابقوا من مضى أكثر من سابقينا ، ثم تلا الآية وقيل : إن المراد بقوله :[والسابقون السابقون] أول هذه الأمة ، والآخرون المتأخرون من هذه الأمة ، فيكون كلا الفريقين من أمة محمد (ص) (( القول الأول الذي أسلفناه هو اختيار جمهور المفسرين ، كابن جرير ، وأبي السعود ، والقرطبي ، والبيضاوي ، والألوسي ، واختار ابن كثير القول الثاني فقال : القول الذي اختاره ابن جرير فيه نظر بل ضعيف ، لأن هذه الأمة هي خير الأمم بنص القرآن ، فيبعد أن يكون المقربون في غيرها أكثر منها . . الخ أقول : قد علمت أن الأنبياء كثرة كثيرة وكلهم من السابقين ، فاذا انضم إليهم أتباعهم من الخواص كانوا اكثر من خواص هذه الأمة ، وتبقى أمة محمد (ص) أكثر الأمم دخولا الجنة وأفضل الأمم بمجموعها لا بخواصها ، فيندفع بذلك الإشكال ، والله أعلم )).

وقيل : لما نزل هذا شَقَّ على أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم فنزلت : { ثُلَّةٌ مِّنَ الأولين } { وَثُلَّةٌ مِّنَ الآخرين } فقال النبيّ صلى الله عليه وسلم : " إني لأرجو أن تكونوا ربع أهل الجنة بل ثلثَ أهل الجنة بل نصفَ أهل الجنة وتقاسمونهم في النصف الثاني " رواه أبو هريرة ، ذكره الماوردي وغيره .

[على سرر موضونة] أي جالسين على أسرة منسوجة بقضبان الذهب ، مرصعة بالدر والياقوت ، قال ابن عباس : [موضونة] أي مرمولة بالذهب يعني منسوجة به . قال ابن عباس : منسوجة بالذهب . وقال عكرمة : مشبكة بالدُّرّ والياقوت .

[متكئين عليها] أي حال كونهم مضطجعين على تلك الأسرة، شأن المنعمين المترفين

[متقابلين] أي وجوه بعضهم إلى بعض ، ليس أحد وراء أحد ، وهذا أدخل في السرور ، وأكمل في أدب الجلوس. أي لا يرى بعضهم قَفَا بعض ، بل تدور بهم الأسرة ، وهذا في المؤمن وزوجته وأهله؛ أي يتكئون متقابلين . قاله مجاهد وغيره . وقال الكلبيّ : طول كل سرير ثلثمائة ذراع ، فإذا أراد العبد أن يجلس عليها تواضعت فإذا جلس عليها ارتفعت .

[يطوف عليهم ولدان مخلدون] أي يدور عليهم للخدمة أطفال في نضارة الصبا ، لا يموتون ولا يهرمون ، قال أبو حيان : وصفوا بالخلد -وإن كان كل من في الجنة مخلدا- ليدل على أنهم يبقون دائما في سن الولدان ، لا يتحولون ولا يكبرون ، كما وصفهم جل وعلا. وقال عليّ بن أبي طالب رضي الله عنه والحسن البصري : الولدان ههنا ولدان المسلمين الذين يموتون صغاراً ولا حسنة لهم ولا سيئة . وقال سلمان الفارسيّ : أطفال المشركين هم خدم أهل الجنة . قال الحسن : لم يكن لهم حسنات يجزون بها ، ولا سيئات يعاقبون عليها ، فوضعوا في هذا الموضع . والمقصود : أن أهل الجنة على أتم السرور والنعمة ، والنعمة إنما تتم بآحتفاف الخدم والولدان بالإنسان .

[بأكواب] أي بأقداح كبيرة مستديرة لا عرى لها

[وأباريق ] جمع إبريق أي وبأباريق لها عرى ، تبرق من صفاء لونها

[وكأس من معين ] أي وكأسيى من خمر لذة ، جارية من العيون ، قال ابن عباس : لم تعصر كخمر الدنيا بل هي من عيون سارحة ، قال القرطبي : والمعين الجاري من ماء أو خمر، غير أن المراد في هذا الموضع : الخمر الجارية من العيون ، ليست كخمر الدنيا ، التي تستخرج بعصر وتكلف ومعالجة

[لا يصدعون عنها] أي لا تنصدع رءوسهم من شربها. أي إنها لذة بلا أذًى بخلاف شراب الدنيا

[ولا ينزفون ] أي ولا يسكرون فتذهب بعقولهم ، كخمر الدنيا ، قال ابن عباس : في الخمر أربع خصال : "السكر ، والصداع ، والقيء ، والبول "وقد ذكر تعالى خمر الجنة ، ونزهها عن هذه الخصال الذميمة

[وفاكهة مما يتخيرون ] أي ولهم فيها فاكهة كثيرة ، يختارون ما تشتهيه نفوسهم لكثرتها وتنوعها

[ولحم طير مما يشتهون ] أي ولحم طير مما يحبون ويشتهون ، قال ابن عباس : يخطر على قلب أحدهم لحم الطير فيطير، حتى يقع بين يديه على ما اشتهى، مقليا أو مشـويا، وفي الحديث : (إنك لتنظر إلى الطير في الجنة فتشتهيه فيخر بين يديك مشويا) قال الرازي : وقدم الفاكهة على اللحم ، لأن أهل الجنة يأكلون لا عن جوع ، بل للتفكه ، فميلهم إلى الفاكهة أكثر، كحال الشبعان في الدنيا فلذلك قدمها

[وحور عين كأمثال اللؤلؤ المكنون] أي ولهم مع ذلك النعيم ، نساء من الحور العين ، الواسعات العيون ، في غاية الجمال والبهاء، كأنهن اللؤلؤ في الصفاء والنقاء ، الذي لم تمسه الأيدي ، قال في التسهيل : شبههن باللؤلؤ في البياض ، ووصفه بالمكنون لأنه أبعد عن تغيير حسنه ، وحين سألت "أم سلمة" رسول الله (ص)عن هذا التشبيه قال : "صفاؤهن كصفاء الدر في الأصداف ، الذي لم تمسه الأيدي " . وقال خالد بن الوليد : سمعت النبيّ صلى الله عليه وسلم يقول : " إن الرجل من أهل الجنة ليمسك التفاحة من تفاح الجنة فتنفلق في يده فتخرج منها حوراء لو نظرت للشمس لأخجلت الشمس من حسنها من غير أن ينقص من التفاحة " فقال له رجل : يا أبا سليمان إن هذا لعجبٌ ولا ينقص من التفاحة؟ قال : نعم كالسِّراج الذي يوقد منه سِراج آخر وسُرج ولا ينقص ، والله على ما يشاء قدير .

[جزاء بما كانوا يعملون ] أي جعلنا لهم ذلك كله ، جزاء لعملهم الصالح في الدنيا .. ثم أخبر تعالى عن كمال نعيمهم في الجنة، فقال سبحانه :

[لا يسمعون فيها لغوا ولا تأثيما] أي لا يطرق آذانهم فاحش الكلام ، ولا يلحقهم إثم مما يسمعون ، قال ابن عباس : لا يسمعون باطلا ولا كذبا
واللغو ما يُلغى من الكلام ، والتأثيم مصدر أَثَّمْته أي قلت له أثمت . محمد بن كعب : { وَلاَ تَأْثِيماً } أي لا يؤثِّم بعضُهم بعضاً .مجاهد : { لاَ يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْواً وَلاَ تَأْثِيماً } شتماً ولا مأثماً .ق

[إلا قيلا سلاما سلاما] أي إلا قول بعضهم لبعض سلاما سلاما، يحمي به بعضهم بعضا، ويفشون السلام فيما بينهم ، قال في البحر : والظاهر أنه استثناء منقطع لأنه لم يندرج في اللغو ولا التأثيم وقال أبو السعود : والمعني : أنهم يفشون السلام ، فيسلمون سلاما بعد سلام ، أو لا يسمع كل منهم إلا سلام الآخر، بدءا أو ردا..

ثم شرع في تفصيل أحوال الصنف الثاني وهم أصحاب اليمين
فقال :

[وأصحاب اليمين ما أصحاب اليمين ]؟ استفهام للتعظيم والتعجيب من حالهم ، أي ما أدراك من هم ، وما هي حالهم ؟ رجع إلى ذكر منازل أصحاب الميمنة وهم السابقون على ما تقدّم ، والتكرير لتعظيم شأن النعيم الذي هم فيه .

[في سدر مخضود] أي هم تحت أشجار النبق ، الذي قطع شوكه ، قال المفسرون : والسدر : شجر النبق ، والمخضود الذي خضد أي قطع شوكه ، وفي الحديث : (أن أعرابيا جاء إلى رسول الله (ص)فقال يا رسول الله : آن آلله تعالى ذكر في الجنة شجرة تؤذي صاحبها ، فقال : وما هي ؟ قال :السدر، فإن له شوكا، فقال رسول الله (ص): أليس الله يقول : [في سدر مخضود]؟ خضد الله شوكه ، فجعل مكان كل شوكة ثمرة، وإن الثمرة من ثمره ، تفتق عن اثنين وسبعين لونا من الطعام ، ما فيها لون يشبه الآخر) . وقال أبو العالية والضحاك : نظر المسلمون إلى وَجٍّ ( وهو وادٍ بالطائف مخصب ) فأعجبهم سِدره ، فقالوا : يا ليت لنا مثل هذا؛ فنزلت ق

[وطلح منضود] هو شجر الموز، ومعنى [منضود] أي متراكم ، قد نضد بالحمل من أسفله إلى أعلاه

[وظل ممدود] أي وظل دائم باقي ، لا يزول ولا تنسخه الشمس ، لأن الجنة ظل كلها، لا شمس فيها [لا يرون فيها شمسا ولا زمهريرا] وفي الحديث : (إن فى الجنة شجرة يسير الراكب في ظلها مالة عام لا يقطعها ، واقرءوا إن شئتم [وظل ممدود] وقال الرازي : ومعنى [ممدود] أي لا زوال له فهو دائم كما قال تعالى [أكلها دائم وظلها] أي دائم ، والظل ليس ظل الأشجار، بل ظل يخلقه الله تعالى

[وماء مسكوب ] أي وماء جار دائما لا ينقطع ، يجري في غير أخدود ، قال القرطبي : كانت العرب أصحاب بادية ، والأنهار في بلادهم عزيزة ، لا يصلون إلى الماء ، إلا بالدلو والرشاء ، فوعدوا بالجنة بأسباب النزهة ، وهي الأشجار وظلالها ، والمياه والأنهار وجريانها

[وفاكهة كثيرة لا مقطوعة ولا ممنوعة] أي وفاكهة كثيرة متنوعة ، ليست بالقليلة العزيزة، كما كانت في بلادهم ، ولا تنقطع كما تنقطع ثمار الدنيا في الشتاء، وليست ممنوعة عن أحد، قال ابن عباس : لا تنقطع إذا جنيت ، ولا تمتنع من أحد إذا أراد أخذها وفي الحديث : (ما قطعت ثمرة من ثمار الجنة ، إلا عاد مكانها أخرى)
{ وَلاَ مَمْنُوعَةٍ } أي لا يُحظَر عليها كثمار الدنيا . وقيل : «وَلاَ مَمْنُوعَةٍ» أي لا يُمنع من أرادها بشوك ولا بُعد ( ولا ) حائط ، بل إذا اشتهاها العبد دنت منه حتى يأخذها؛ق


[وفرش مرفوعة] أي عالية وطيئة ناعمة ، وفي الحديث : (ارتفاعها كما بين السماء والأرض ، ومسيرة ما بينهما خمس مائة عام ) قال الألوسي : ولا تستبعد هذا من حيث العروج والنزول ، فالعالم عالم آخر، فوق طور عقلك تنخفض للمؤمن إذا أراد الجلوس عليها ثم ترتفع به ، والله على كل شيء قدير. وقال بعض أهل العلم في تفسير هذا الحديث : الفُرُش في الدرجات ، وما بين الدرجات كما بين السماء والأرض . وقيل : إن الفُرُش هنا كناية عن النّساء اللواتي في الجنة ولم يتقدّم لهنّ ذكر ، ولكن قوله عز وجل : { وَفُرُشٍ مَّرْفُوعَةٍ } دالٌّ؛ لأنها محل النّساء؛ فالمعنى ونساء مرتفعات الأقدار في حسنهنّ وكمالهنّ؛ والعرب تسمي المرأة فِراشاً ولبِاساً وإِزاراً.

[إنا أنشأناهن إنشاء] أي خلقنا نساء الجنة خلقا جديدا ، وأبدعناهن إبداعا عجيبا، قال فى التسهيل : ومعنى إنشاء النساء، أن الله تعالى يخلقهن في الجنة، خلقا آخر في غاية الحسن بخلاف الدنيا، فالعجوز ترجع شابة، والقبيحة ترجع جميلة قال ابن عباس : يعني الآدميات العجائز الشمط ، خلقهن الله بعد الكبر والهرم خلق آخر
وقال المسيِّب بن شريك : " قال النبيّ صلى الله عليه وسلم في قوله { إِنَّآ أَنشَأْنَاهُنَّ إِنشَآءً } الآية قال : «هنّ عجائز الدنيا أنشأهنّ الله خلقاً جديداً كلما أتاهنّ أزواجهنّ وجدوهنّ أبكاراً» فلما سمعت عائشة ذلك قالت : واوجعاها فقال لها النبيّ صلى الله عليه وسلم : «ليس هناك وجع» "

[فجعلناهن أبكارا] أي فجعلناهن عذارى ، كلما أتاهن أزواجهن وجدوهن أبكارا

[عربا] جمع عروب وهي المتحببة لزوجها ، العاشقة له ، قال مجاهد : هن العاشقات لأزواجهن المتحببات لهن ، اللواتي يشتهين أزواجهن (( قال البخارى : العروب هي الغنجة ، وأهل العراق يقولون : الشكلة ، وأهل مكة يقولون : العربة )).

[أترابا] أي مستويات في السن مع أزواجهن ، في سن أبناء ثلاث وثلاثين ، وقد ورد عن أم سلمة رضى الله عنها قالت : "سألت النبى (ص)عن قوله تعالى : [إنا أنشأنهن إنشاء فجعلناهن أبكارا عربا أترابا] فقال يا أم سلمة : هن اللواتي قبضن في الدنيا عجائز، شمطا، عمشا ، رمصا ، جعلهن الله بعد الكبر، أترابا على ميلاد واحد في الاستواء" وفي الحديث "أن امرأة عجوزا جاءت النبي (ص) فقالت يا رسول الله : أدع الله أن يدخلني الجنة، فقال : يا أم فلان إن الجنة لا تدخلها عجوز، فولت تبكي ، فقال : أخبروها أنها لا تدخلها وهى عجوز، فإن الله تعالى يقول : [إنا أنشأنهن إنشاء فجعلناهن أبكارا] وقيل : { أَتْرَاباً } أمثالاً وأشكالاً؛ قاله مجاهد . السُّدّي : أتراب في الأخلاق لا تباغض بينهنّ ولا تحاسد

[لأصحاب اليمين ] أي أنشأنا هؤلاء النساء الأبكار لأصحاب اليمين ، ليستمتعوا بهن في الجنة، ثم قال تعالى :

[ثلة من الأولين وثلة من الآخرين ] أي هم جماعة من الأولين من الأمم الماضية، وجماعة من المتأخرين من أمة محمد (ص)، قال في البحر : ولا تنافي بين هذه الآية [وثلة من الآخرين ] وبين الآية التي سبقتها وهي قوله : [وقليل من الآخرين ] لأن الثانية في السابقين ، فلذلك قال : [وقليل من الآخرين ] وهذه في أصحاب اليمين ، ولذلك قال : [وثلة من الآخرين] .. رواه ابن ماجه في سننه والترمذيّ في جامعه عن بُريدة بن خَصيب رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " أهل الجنة عشرون ومائة صفٍّ ثمانون منها من هذه الأمة وأربعون من سائر الأمم " قال أبو عيسى : هذا حديث حسن .



ثم شرع تعالى في بيان الصنف الثالث وهم أهل النار، فقال سبحانه :

[وأصحاب الشمال ما أصحاب الشمال ] استفهام يراد منه التهويل والتفظيع والتعجيب من حالهم أي وأصحاب الشمال - وهم الذين يعطون كتبهم بشمائلهم - ما أصحاب الشمال ؟ أي ما حالهم وكيف مآلهم ؟ ثم فصل تعالى حالهم ، فقال :

[في سموم وحميم ] أي في ريح حارة من النار، تنفذ في المسام ، وماء شديد الحرارة. ماء حار قد انتهى حره ، إذا أحرقت النار أكبادهم وأجسادهم فزعوا إلى الحميم ، كالذي يفزع من النار إلى الماء ليطفىء به الحر فيجده حميماً حارًّا في نهاية الحرارة والغليان { وَسُقُواْ مَآءً حَمِيماً }سورة محمد 15 أي حاراً شديد الغليان ، إذا أُدْني منهم شوى وجوههم ، ووقعت فروة رؤوسهم؛ فإذا شربوه قطع أمعاءهم وأخرجها من دبورهم . والأمعاء : جمع مِعًى ، والتثنية مِعيان ، وهو جميع ما في البطن من الحوايا .

[وظل من يحموم ] أي في ظل من دخان أسود شديد السواد يفزعون من السَّموم إلى الظلّ كما يفزع أهل الدنيا فيجدونه ظلاً من يَحْموم؛ أي من دخان جهنم أسود شديد السواد . وقال الضحاك : النار سوداء وأهلها سود وكل ما فيها أسود

[لا بارد] أي ليس هذا الظل باردا، يستروح به النسيم من شدة الحر

[ولا كريم ] أي وليس حسن المنظر، يسر به من يستفيء بظله ، قال الخازن : إن فائدة الظل ترجع إلى أمرين : أحدهما : دفع الحر، والثاني : حسن المنظر، وكون الإنسان فيه مكرما، وظل أهل النار بخلاف هذا، لأنهم في ظل من دخان أسود حار .. ثم بين تعالى سبب استحقاقهم ذلك العذاب فقال :

[إنهم كانوا قبل ذلك مترفين ] أي لأنهم كانوا في الدنيا منعمين ، مقبلين على الشهوات والملذات
وقال السديّ : «مُتْرَفِينَ» أي مشركين

[وكانوا يصرون على الحنث العظيم ] أي وكانوا يداومون على الذنب العظيم ، وهو الشرك بالله ، قال المفسرون : لفظ الإصرار يدل على المداومة على المعصية ، والحنث : هو الذنب الكبير، والمراد به هنا : الكفر بالله كما قاله ابن عباس . وقال قتادة ومجاهد : الذنب العظيم الذي لا يتوبون منه . الشعبي : هو اليمين الغَمُوس وهي من الكبائر؛ يقال : حَنِث في يمينه أي لم يَبَرَّها ورجع فيها . وفي الخبر : كان يَتحنَّث في حِرَاء؛ أي يفعل ما يسقط عن نفسه الْحِنث وهو الذنب

[وكانوا يقولون أئذا متنا وكنا ترابا وعظاما أئنا لمبعوثون ] أي هل سنبعث بعد أن تصبح أجسادنا ترابا وعظاما نخرة؟ وهذا استبعاد منهم لأمر البعث وتكذيب له

[أو أباؤنا الأولون ]؟ تأكيد للإنكار ومبالغة فيه ، أي وهل سيبعث أباؤنا الأوائل ؟ بعد أن بليت أجسامهم ، وتفتت عظامهم ؟

[قل إن الأولين والأخرين لمجموعون إلى ميقات يوم معلوم ] أي قل لهم يا محمد : أن الخلائق جميعا، السابقين منهم واللاحقين ، سيجمعون ويحشرون ليوم الحساب ، الذي حدده الله بوقت معلوم ، لا يتقدم ولا يتأخر، كما قال سبحانه [ذلك يوم مجموع له الناس وذلك يوم مشهود وما نؤخره إلا لأجل معدود]

[ثم إنكم أيها الضالون المكذبون لآكلون من شجر من زقوم ] أي ثم إنكم يا معشر كفار مكة ،0 الضالون عن الهدى ، المكذبون بالبعث والنشور، لآكلون من شجر الزقوم ، الذي ينبت في أصل الجحيم. وهو شجر كريه المنظر ، كريه الطّعم ، وهي التي ذكرت في سورة الصافات : أَذَلِكَ خَيْرٌ نُزُلًا أَمْ شَجَرَةُ الزَّقُّومِ (62)
وشجرة الزقوم مشتقة من التزقم وهو البلع على جهد لكراهتها ونتْنها . قال المفسرون : وهي في الباب السادس ، وأنها تحيا بلهب النار كما تحيا الشجرة ببرد الماء؛ فلا بد لأهل النار من أن ينحدر إليها مَن كان فوقها فيأكلون منها ، وكذلك يصعد إليها من كان أسفل. فلما نزلت هذه الآية في شجرة الزقوم قالت كفار قريش : ما نعرف هذه الشجرة . فقدم عليهم رجل من إفريقية فسألوه فقال : هو عندنا الزُّبْد والتّمر . فقال ابن الزِّبَعْرى : أكثر الله في بيوتنا الزقوم . فقال أبو جهل لجاريته : زَقِّمينا؛ فأتته بزبد وتمر . ثم قال لأصحابه : تَزَّقموا؛ هذا الذي يخوّفنا به محمد؛ يزعم أن النار تنبت الشجر ، والنار تحرق الشجرا

[فمالئون منها البطون ] أي فمالئون بطونكم من تلك الشجرة الخبيثة ، لغلبة الجوع عليكم

[فشاربون عليه من الحميم ] أي فشاربون عليه الماء الحار الذي اشتد غليانه. وهو الماء المغليّ الذي قد اشتد غليانه وهو صديد أهل النار

[فشاربون شرب الهيم] أي فشاربون شرب الإبل العطاش ، قال ابن عباس : الهيم : الإبل العطاش التي لا تروى لداء يصيبها وقال أبو السعود : إنه يسلط على أهل النار من الجوع ، ما يضطرهم إلى أكل الزقوم ، الذي هو كالمهل ، فإذا ملأوا منه بطونهم - وهو في غاية الحرارة والمرارة - سلط عليهم من العطش ، ما يضطرهم إلى شرب الحميم ، الذي يقطع أمعاءهم ، فيشربونه شرب الهيم ، وهي الإبل التي بها الهيام ، وهو داء يصيبها فتشرب ولا تروى

[هذا نزلهم يوم الدين ] أي هذه ضيافتهم وكرامتهم يوم القيامة ، وفيه تهكم بهم ، قال الصاوي : والنزل في الأصل : ما يهيأ للضيف أول قدومه من التحف والكرامة، فتسمية الزقوم نزلا تهكم بهم وسخرية!

لما ذكر تعالى الأشقياء المجرمين وأحوالهم في نار جهنم ، ذكر هنا الأدلة والبراهين على قدرة الله ووحدانيته ، فى بديع خلقه وصنعه ، لتقوم الحجة على المنكر المكذب بوجود الله ، وختم السورة الكريمة بالتنويه بذكر أهل السعادة ، وأهل الشقاوة ، والسابقين إلى الخيرات ، ليكون ذلك كالتفصيل لما ورد في أول السورة من الإجمال ، والإشادة بذكر مآثر المقربين في البداية والمآل .

[نحن خلقناكم فلولا تصدقون ] أي نحن خلقناكم أيها الناس من العدم ، فهلا تصدقون بالبعث ؟ فإن من قدر على البدء ، قادر على الإعادة

[أفرأيتم ما تمنون ] أي أخبرونى عما تصبونه من المني ، في أرحام النساء !!

[ءأنتم تخلقونه أم نحن الخالقون] ؟ أي هل أنتم تخلقون هذا المنى بشرا سويا، أم نحن بقدرتنا خلقناه وصورناه ؟ قال القرطبي : وهذا احتجاج على المشركين ، وبيان للآية الأولى ، والمعنى : إذا أقررتم بأنا خالقوه لا غيرنا فاعترقوا بالبعت (( يقول شهيد الدعوة "سيد قطب ، فى تفسيره الظلال ما نصه : "هذه هي الحقيقة الهائلة المتكررة في كل لحظة ، ينساها الإنسان لتكرارها أمام عينيه ، وهي أعجب من كل عجيب تبدعها شطحات الخيال ! ! نطفة تمنى وتراق وهي من إفرازات هذا الجسد الإنساني الكثيرة ، كالعرق ، والدمع " والمخاط ، فاذا هي بعد فترة من الزمن إنسان سميع بصير، وإذا هذا الانسان ذكر وانثى! ! كيف تمت هذه العجيبة التي لم تكن - لولا وقوعها - تخطر على الخيال ؟ ! أين كان هذا الإنسان كامنا بعظمه ولحمه وجلده ، وعروقه وشعره وأظافره ، وخلائقه وطباعه ؟ أي قلب بشري يقف أمام هذه الحقيقة الهائلة العجيبة، ثم يتمالك أو يتماسك - فضلا عن أن يجحد ويتبجح - ويقول : إنها وقعت هكذا والسلام ؟ ! إن دور البشر في أمر هذا الخلق ، لا يزيد على أن يودع الرجل ما يمني رحم امرأة، ثم ينقطع عمله وعملها، وتأخذ يد القدرة في العمل وحدها في هذا الماء المهين ، تعمل وحدها في خلقه وتنميته ، وبناء هيكله ونفخ الروح فيه ، ومنذ اللحظة الأولى تتم المعجزة، وتقع الخارقة التى لا يصنعها إلا الله ، وهذا القدر من التأمل يدركه كل إنسان ، وهذا يكفي لتقدير هذه المعجزة والتأثر بها ، ولكن قصة هذه الخلية الواحدة منذ ان تمنى قصة أغرب من الخيال ، هذه الخلية الواحدة تبدأ في الانقسام والتكاثر، فاذا هي بعد فترة ملايين الملايين من الخلايا، كل مجموعة من هذه الخلايا ذات خصائص عجيبة، فهذه خلايا عظام ، وهذه خلايا عضلات ، وهذه خلايا جلد، وهذه خلايا أعصاب . . ثم هذه خلايا لعمل عين ، وهذه لعمل لسان ، وهذه لعمل أذن ، وكل منها تعرف مكان عملها، فلا تخطىء خلايا العين مثلا فتطلع في البطن أو القدم ، فسبحان العظيم القدير القائل {ءأنتم تخلقونه أم نحن الخالقون } ))

[نحن قدرنا بينكم الموت] أي نحن قضينا وحكمنا عليكم بالموت وساوينا بينكم فيه ، قال الضحاك : ساوى فيه بين أهل السماء والأرض ، سواء فيه الشريف والوضيع ، والأمير والصعلوك. احتجاج أيضاً ، أي الذي يقدر على الإماتة يقدر على الخلق ، وإذا قدر على الخلق قدر على البعث .

[وما نحن بمسبوقين ] أي وما نحن بعاجزين

[على أن نبدل أمثالكم ] أي على أن نهلككم ونستبدل قوما غيركم ، يكونون أطوع لله منكم ، كقوله تعالى : [إن نشأ نذهبكم ونأت بخلق جديد]

[وننشئكم فيما لا تعلمون ] أي ولسنا بعاجزين أيضا أن نعيدكم يوم القيامة، في خلقة لا تعلمونها ، ولا تصل إليها عقولكم ، والغرض أن الله قادر على أن يهلكهم ، وأن يحييهم ، وأن يبعثهم يوم القيامة ، ففي الآية تهديد، واحتجاج على البعث . وقال الطبريّ : المعنى نحن قدّرنا بينكم الموت على أن نبدل أمثالكم بعد موتكم بآخرين من جنسكم ، وما نحن بمسبوقين في آجالكم؛ أي لا يتقدّم متأخر ولا يتأخر متقدّم

[ولقد علمتم النشأة الأولى] أي ولقد عرفتم أن الله أنشأكم من العدم ، بعد أن لم تكونوا شيئا مذكورا ، فخلقكم من نطفة ، ثم من علقة ، ثم من مضغة ، وجعل لكم السمع والأبصار والأفئدة قال فى سورة النحل 78 : وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (78)

[فلولا تذكرون ] أي فهلا تتذكرون بأن الله قادر على إعادتكم ، كما قدر على خلقكم أول مرة ؟ [أولا يذكر الإنسان أنا خلقناه من قبل ولم يك شيئا]؟ !

[أفرأيتم ما تحرثون ] هذه حجة أخرى على وحدانية الله وقدرته ، أي أخبروني عن البذر الذي تلقونه في الطين

[ءأنتم تزرعونه أم نحن الزارعون ]؟ أي أأنتم تنبتونه وتنشئونه ، حتى يكون فيه السنبل والحب ؟ أم نحن الفاعلون لذلك ؟ فإذا أقررتم أن الله هو الذي يخرج الحب وينبت الزرع ، فكيف تنكرون إخراجه الأموات من الأرض ؟

والزرع من فعل الله تعالى وينبت على اختياره لا على اختيارهم . وكذلك ما روى أبو هريرة عن النبيّ صلى الله عليه وسلم أنه قال : " لا يقولنّ أحدكم زرعتُ وليقلْ حرثتُ فإن الزارع هو الله " قال أبو هريرة : ألم تسمعوا قول الله تعالى : { أَأَنتُمْ تَزْرَعُونَهُ أَمْ نَحْنُ الزارعون } . والمستحب لكل من يُلقي البذر في الأرض أن يقرأ بعد الاستعاذة { أَفَرَأَيْتُم مَّا تَحْرُثُونَ } الآية ، ثم يقول : بل الله الزارع والمنبت والمبلغ ، اللهم صلّ على محمد ، وارزقنا ثمره ، وجنّبنا ضرره ، واجعلنا لأنعمك من الشاكرين ، ولآلائك من الذاكرين ، وبارك لنا فيه يا ربّ العالمين . ويقال : إن هذا القول أمان لذلك الزرع من جميع الآفات : الدود والجراد وغير ذلك؛ سمعناه من ثقة وجُرِّب فوُجِد كذلك

[لو نشاء لجعلناه حطاما] أي لو أردنا لجعلنا هذا الزرع ، هشيما متكسرا، لا ينتفع به في طعام ولا غيره ، قال القرطبي : والحطام : الهشيم الهالك الذي لا ينتفع به في مطعم ولا غذاء، فنبههم بذلك على أمرين : أحدهما : ما أولاهم به من النعم في زرعهم ليشكروه الثاني : ليعتبروا في أنفسهم ، فكما أنه تعالى يجعل الزرع حطاما إذا شاء ، كذلك يهلكهم إذا شاء ، ليتعظوا فينزجروا

[فظلتم تفكهون] أي فظللتم وبقيتم تتفجعون وتحزنون على الزرع ، مما حل به وتقولون :

[إنا لمغرمون ] أي إنا لمحملون الغرم في إنفاقنا حيث ذهب زرعنا ، وغرمنا الحب الذي بذرناه (( قال الضحاك "مغرمون " من الغرم ، والمغرم الذي ذهب ماله بغير عوض ، وقال ابن عباس : معذبون والغرام العذاب )).

[بل نحن محرومون ] أي بل نحن محرومون الرزق ، غرمنا قيمة البذر ، وحرمنا خروج الزرع . وعن أنس : " أن النبيّ صلى الله عليه وسلم مرّ بأرض الأنصار فقال : «ما يمنعكم من الحرث» قالوا : الجدوبة؛ فقال : «لا تفعلوا فإن الله تعالى يقول أنا الزارع إن شئت زرعت بالماء وإن شئت زرعت بالريح وإن شئت زرعت بالبذر» " ثم تلا { أَفَرَأَيْتُم مَّا تَحْرُثُونَ } { أَأَنتُمْ تَزْرَعُونَهُ أَمْ نَحْنُ الزارعون } .

[أفرأيتم الماء الذي تشربون ] أي أخبروني عن الماء الذي تشربونه عذبا فراتا، لتدفعوا عنكم شدة العطش

[ءأنتم أنزلتموه من المزن أم نحن المنزلون ] أي هل أنتم الذين أنزلتموه من السحاب ؟ أم نحن المنزلون له بقدرتنا؟ قال الخازن : ذكرهم تعالى نعمته عليهم بإنزال المطر، الذي لا يقدر عليه إلا الله عز وجل

[لو نشاء جعلناه أجاجا] آي لو شئنا لجعلناه ماء مالحا شديد الملوحة، لا يصلح لشرب ولا لزرع ، قال ابن عباس : [أجاجا] شديد الملوحة ، وقال الحسن : مرا زعافا لا يمكن شربه

[فلولا تشكرون ] اي فهلا تشكرون ربكم على نعمه الجليلة عليكم ؟! وفي الحديث أن النبي (ص) كان إذا شرب الماء قال : (الحمد لله الذي سقانا عذبا فراتا برحمته ، ولم يجعله ملحا أجاجا بذنوبنا)لماذا جاء في الآية ذكر الماء الأجاج - أي المالح -؟ إن الآية تشير إلى أن الماء الذي نشربه - ماء المطر- أصله كله من الأرض ، كما قال تعالى [أخرج منها ماءها ومرعاها] وهو من مياه البحر المالحة ، ولكن الله بقدرته يجعله حلوا عن طريق الأبخرة المتصاعدة من البحار بواسطة أشعة الشمس ، فالمطر إذا (تحلية ربانية) ولو شاء الله لأنزله علينا كما أخرجه من البحر مالحا ، مرا زعافا ، يضر ولا ينفع ، فما أعظم نعمة الله على عباده ، بنزول مياه الأمطار؟ الخارجة من البحار ، دون الآت ولا مضخات كما يصنع البشر فى تحلية مياه البحر!!

[أفرأيتم النار التي تورون ] أي أخبروني عن النار التي تقدحونها وتستخرجونها من الشجر الرطب

[ءأنتم أنشأتم شجرتها أم نحن المنشئون ] أي هل أنتم الذين خلقتم شجرها؟ أم نحن الخالقون المخترعون ؟ وأراد جميع الشجر، الذي توقد منه النار ، لما روي عن ابن عباس أنه قال : ما من شجرة ولا عود إلا وفيه النار، سوى العناب

[نحن جعلناها تذكرة] أي جعلنا نار الدنيا تذكيرا للنار الكبرى "نار جهنم" إذا رآها الرائي ذكر بها نار جهنم ، فيخشى آلله ويخاف عقابه ، وفي الحديث : (ناركم هذه التي توقدون جزء من سبعين جزءا من نار جهنم ، فقالوا يا رسول الله : إن كانت لكافية!! فقال : والذي نفسي بيده ، لقد فضلت عليها بتسعة وتسعين جزءا، كلهن مثل حرها)

[ومتاعا للمقوين] أي ومنفعة للمسافرين ، قال ابن عباس : [المقوين] المسافرين ، وقال مجاهد : للحاضر والمسافر ، المستمتعين بالنار من الناس أجمعين قال الخازن : والمقوي النازل في الأرض القواء - وهي الأرض الخالية البعيدة عن العمران - والمعنى أنه ينتفع بها أهل البوادي والسفار ، فإن منفعتهم أكثر من المقيم ، فإنهم يوقدون النار بالليل ، لتهرب السباع ، ويهتدي بها الضال ، إلى غير ذلك من المنافع ، وهو قول أكثر المفسرين .. ولما ذكر د لائل القدرة والوحدانية في الإنسان ، والنبات ، والماء ، والنار ، أمر رسوله بتسبيح الله الواحد القهار، فقال سبحائه :

[فسبح باسم ربك العظيم ] اي فسبح يا محمد ربك ، عما أضافه إليه المشركون ، من صفات العجز والنقص ، وقل : سبحان من خلق هذه الأشياء بقدرته ، وسخرها لنا بحكمته ، سبحانه ما أعظم شأنه ، وأكبر سلطانه !! عدد سبحانه وتعالى نعمه على عباده ، فبدأ بذكر خلق الإنسان فقال : [أفرأيتم ما تمنون ] ثم بما به قوامه ومعيشته وهو الزرع فقال : [أفرأيتم ما تحرثون ]ثم بما به حياته وبقاؤه وهو الماء فقال : [أفرأيتم الماء الذى تشربون ] ثم بما يصنع به طعامه ، ويصلح به اللحوم والخضار وهو النار ، فقال : [أفرأيتم النار الي تورون ] فياله من إله كريم ، ومنعم عظيم !! ثم شرع بالقسم على جلال القرآن ورفعته ، وعلو شأنه ومنزلته ، وأنه تنزيل العزيز الحكيم ، فقال سبحانه :

[فلا أقسم بمواقع النجوم ] اللام لتأكيد الكلام وتقويته ، وزيادة "لا" كثير في كلام العرب ومشهور ، قال الشاعر : تذكـرت ليلى فاعترتني صبابة وكـاد نـيـاط الـقـلب لا يـتـقـطـع أي كاد يتقطع ، قال القرطبي "لا" صلة في قول أكثر المفسرين ، والمعنى "فأقسم " بدليل قوله بعده : [وإنه لقسم ]أي فأقسم بمنازل النجوم وأماكن دورانها في أفلاكها وبروجها . المناسبة بين المقسم به وهو (النجوم ) وبين المقسم عليه وهو (القرآن )

[فلا أقسم بمواقع النجوم " وإنه لقسم لو تعلمون عظيم إنه لقرآن كريم ، أن النجوم جعلها الله ليهتدي بها الناس في ظلمات البر والبحر، وآيات القرآن يهتدى بها في ظلمات الجهل والضلالة ، وتلك ظلمات حسية ، وهذه ظلمات معنوية، فالقسم هنا جاء جامعا بين الهدايتين : الحسية للنجوم ، والمعنوية للقرآن ، فهذا وجه المناسبة . وقال الضحاك : هي الأنواء التي كان أهل الجاهلية يقولون إذا مُطِروا قالوا مُطِرنا بنَوْء كذا .

[وإنه لقسم لو تعلمون عظيم ] أي وإن هذا القسم العظيم جليل ، لو عرفتم عظمته لآمنتم وانتفعتم به ، لما في القسم به من الدلالة على عظيم القدرة ، وكمال الحكمة ، وفرط الرحمة ، ومن مقتضيات رحمته تعالى أن لا يترك عباده سدى (( لم يكن المخاطبون يعلمون عن مواقع النجوم إلا القليل ، أما في هذا العصر فقد ظهرت معجزة القرآن ، يقول الفلكيون : إن مجموعة واحدة من المجموعات التي لا تحصى في الفضاء الهائل ، الذي لا نعرف له حدودا ، مجموعة واحدة هي "المجرة" التي تنتسب إليها أسرتنا الشمسية تبلغ ألف مليون نجم ، وإن من هذه النجوم والكواكب التى تزيد على عدة "بلايين " نجم منها ما يمكن رؤيته بالعين المجردة، وما لا يرى إلا بالمجاهر والأجهزة ، هذه كلها تسبح في الفلك الغامض ، ولا يوجد أي احتمال أن يقترب نجم من مجال نجم اخر، أو يصطدم بكوكب آخر، إلا كما يحتمل تصادم مركب في البحر الأبيض بآخر في المحيط الهادي ، يسيران باتجاه واحد وبسرعة واحدة وهو احتمال بعيد جدا إن لم يكن مستحيلا )).

[إنه لقرآن كريم ] هذا هو المقسم عليه ، والمعنى : أقسم بمواقع النجوم إن هذا القرآن قرآن كريم ، ليس بسحر ولا كهانة وليس بمفترى، بل هو قرآن كريم مجيد، جعله الله معجزة لنبيه محمد (ص)وهو كثير المنافع والخيرات والبركات

[في كتاب مكنون ] أي في كتاب مصون عند الله تعالى ، محفوظ عن الباطل ، وعن التبديل والتغيير، قال ابن عباس : هو اللوح المحفوظ ، وقال مجاهد : هو المصحف الذي بأيدينا

[لا يمسه إلا المطهرون ] أي لا يمس ذلك الكتاب المكنون إلا المطهرون ، وهم الملائكة الموصوفون بالطهارة من الشرك والذنوب والأحداث ، أو لا يمسه إلا من كان متوضئا طاهرا، قال القرطبي : المراد بالكتاب (المصحف ) الذي بأيدينا وهو الأظهر، لقول ابن عمر "لا تمس القرآن إلا وأنت طاهر" ولكتاب رسول الله (ص)لعمرو بن حزم "وألا يمس القرآن إلا طاهر) ((اخرجه مالك في الموطأ والحاكم فى المستدرك ، وهذا الحديث أخذ به جميع الفقهاء كدليل على حرمة مس المصحف بدون طهارة )).

[تنزيل من رب العالمين ] أي منزل من عند الله جل وعلا .. ثم لما عظم أمر القرآن ومجد شأنه ، وبخ الكفار فقال سبحانه :

[أفبهذا الحديث أنتم مدهنون ] أي أفبهذا القرآن يا معشر الكفار تكذبون وتكفرون ؟

[وتجعلون رزقكم أنكم تكذبون ] أي وتجعلون شكر رزقكم ، أنكم تكذبون برازقكم ؟ وهو المنعم المتفضل عليكم ؟ عن أبي عبد الرحمن، عن عليّ، عن النبي صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم قال "( وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ ) قال: شُكْرَكُمْ أنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ، قال: ويقولون مطرنا بنوء كذا وكذا".

[فلولا إذا بلغت الحلقوم ] أي فهلا إذا بلغت الروح الحلقوم ، عند معالجة سكرات الموت

[وأنتم حينئذ تنظرون ] أي وأنتم في ذلك الوقت تنظرون إلى المحتضر، وما يكابده من شدائد وأهوال

[ونحن أقرب إليه منكم ولكن لا تبصرون ] أي ونحن بعلمنا وإطلاعنا أقرب إلى الميت منكم ، ولكن لا تعلمون ذلك ، ولا تبصرون ملائكتنا الذين حضروه لقبض روحه ، قال ابن كثير : ومعنى الآية : ملائكتنا أقرب إليه منكم ، ولكن لا ترونهم ، كما قال تعالى : [حتى إذا جاء أحدهم الموت توفته رسلنا وهم لا يفرطون ]

[فلولا إن كنتم غير مدينين ] أي فهلا إن كنتم غير مجزيين بأعمالكم كما تزعمون

[ترجعونها إن كنتم صادقين ] أي تردون روح هذا الميت إلى جسده ، بعد ما بلغت الحلقوم ، قال ابن عباس : [غير مدينين ] أي غير محاسبين ولا مجزيين ، قال الخازن : أجاب عن قوله : [فلولا إذا بلغت الحلقوم ] وعن قوله : [فلولا إن كنتم غير مدينين ] بجواب واحد وهو قوله : [ترجعونها إن كنتم صادقين ] ومعنى الآية : إن كان الأمر كما تقولون ، أنه لا بعث . ولا حساب ، ولا إله يجازي ، فهلا تردون نفس من يعز عليكم إذا بلغت الحلقوم ؟ وإذا لم يمكنكم ذلك فاعلموا أن الأمر إلى غيركم ، وهو الله تعالى فآمنوا به .. ثم ذكر تعالى طبقات الناس عند الموت وعند البعث ، وبنن درجاتهم في الآخرة، فقال سبحانه :

[فأما إن كان من المقربين فروح وريحان وجنة نعيم ] أي فأما إن كان هذا الميت من المحسنين ، السابقين بالدرجات العلا ، فله عند ربه استراحة ورزق حسن ، وجنة واسعة يتنعم فيها ، قال القرطبي : والمراد بالمقربين السابقون المذكورون في أول السورة . عن أبي إسحاق، عن سعيد بن جبير، في قوله:( فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ ) قال: الرَّوْح: الفرح، والرَّيحان: الرزق. و عن الحسن( فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ ) قال: تخرج روحه في ريحانة.

[وأما إن كان من أصحاب اليمين ] أي وأما إن كان المحتضر من السعداء أهل الجنة، الذين يأخذون كتبهم بأيمانهم

[فسلام لك من أصحاب اليمين ] أي فسلام لك يا محمد منهم ، لأنهم في راحة وسعادة ، ونعيم دائم . فيه ثلاثة أقوال . أحدها : فسلامة لك من العذاب ، قاله أبو صالح عن ابن عباس . والثاني : تسلِّم عليه الملائكة ، وتخبره أنه من أصحاب اليمين ، قاله عطاء . والثالث : أن المعنى : أنك ترى فيهم ما تحب من السلامة . وقد علمت ما أُعدَّ لهم من الجزاء ، قاله الزجاج .

[وأما إن كان من المكذبين الضالين ] أي وأما إن كان المحتضر من المنكرين للبعث ، الضالين عن الهدى والحق

[فنزل من حميم ] أي فضيافتهم التي يكرمون بها أول قدومهم ، الحميم الذي يصهر البطون لشدة حرارته ، قال في التسهيل : النزل أول شيء يقدم للضيف

[وتصلية جحيم ] أي ولهم إصلاء بنار جهنم ، وإذاقة لهم من حرها

[إن هذا لهو حق اليقين ] أي إن هذا الذي قصصناه عليك يا محمد من جزاء (السابقين ، والسعداء ، والأشقياء)، لهو الحق الثابت ، الذي لا شك فيه ولا ريب ، وهو عين اليقين الذي لا يمكن انكاره

[فسبح باسم ربك العظيم ] أي فنزه ربك عن النقص والسوء ، وعما يصفه به الظالمون ، ولما نزلت هذه الآية الكريمة قال النبى (ص): "اجعلوها في ركوعكم ، ولما نزلت [سبح اسم ربك الأعلى] قال (ص) : اجعلوها في سجودكم .

والله اعلم بالصواب



DOA SURAT WAQIAH: PEMBUKA PINTU RIZKI

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاَةً طَيِّبَةً مُبَارَكَةً تُسكِّنُ بِهَا قُلُوْبَنَا مِنْ طَلَبِ الرِّزْقِ وَخَوْفِ الْخَلْقِ صَلَّى اللهُ عَلَيْكَ يَارُوْحَ الْكَوْنَيْنِ عَدَدَ مَا كَانَ وَمَا يَكُوْنُ وَالسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَانُوْرَ حَيَاةِ الدَّرَيْنِ عَدَدَ مَا كَانَ وَمَا يَكُوْنُ
Ya Allah, Limpahkanlah kepada junjungan kami Muhammad sholawat (rahmat-Mu) yang baik dan diberkahi yang dapat menenangkan hati kami dari mencari rizki dan takut kepada sesama (makhluk). Semoga Allah melimpahkan rahmat - kepada-Mu wahai ruh dua alam (dunia dan akhirat) – Sebanyak segala sesuatu yang telah ada dan yang akan ada. Keselamatan semoga tetap bagimu wahai cahaya kehidupan 2 alam Sebanyak segala sesuatu yang telah ada dan yang akan ada.

اَللّهُمَّ لاَ مَانعَ لِمَا اَعْطَيْتَ وَلاَمُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ رَادَّ لِمَا قَضَيْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ .
Ya Allah, tiada yang mampu mencegah terhadap apa yang kau beri, dan tiada yang mampu memberi atas apa yang kau cegah. Tiada yang bisa menolak keputusan-Mu (takdir) dan tiada berguna sebuah pangkat bagi orang yang berpangkat dari sisi-Mu (Allah).
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ِلاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلاِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ اَمَنُوْا رَبَّنَا اِنَّكَ رَؤُفٌ رَحِيْمٌ .
Ya Allah, Ampunilah dosa-dosa kami dan saudara- saudara kami yang terlebih dahulu beriman (kepada-Mu). Janganlah engkau jadikan sifat iri (uneg-uneg) dalam hati kami kepada orang-orang yang beriman, Wahai tuhan Kami, Sesungguhnya Engkau Maha pengasih lagi maha penyayang.
رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّآتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلاَبْرَارِ . رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ .
Wahai Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa kami, Hapuslah kejelekan kami dan matikan kami bersama orang-orang yang baik. Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".
اَللّهُمَّ صُنْ وُجُوْهَنَا بِالْيَسَارِ وَلاَ تُهِنَّا بِاْلاِقْتَارِ فَنَسْتَرْزِقَ طَالِبِى رِزْقِكَ وَنَسْتَعْطِفَ شِرَارَ خَلْقِكَ وَنَسْتَغِلَ بِحَمْدِ مَنْ اَعْطَانَا وَنُبْتَلَى بِذَمِّ مَنْ مَنَعَنَا وَاَنْتَ مِنْ وَرَاءِ ذالِكَ كُلِّهِ اَهْلُ الْعَطَاءِ وَالْمَنْعِ اَللّهُمَّ كَمَا صُنْتَ وُجُوْهَنَا عَنِ السُّجُوْدِ اِلاَّ لَكَ فَصُنَّا عَنِ الْحَاجَةِ اِلاَّ اِلَيْكَ .
Ya Allah, Jagalah kami dengan penuh kemudahan, jangan kau hina kami dengan kesulitan / kemelaratan sehingga kami meminta rizki dari orang yang meminta rizki kepada-Mu dan kami memohon belas kasihan dari sejelek-jelek makhluk-Mu dan (hal itu menyebabkan) kami sibuk dengan memuji orang yang memberi kepadaku serta mencaci orang yang enggan memberi kami. Ya Allah, Jagalah kami agar tidak meminta hajat kepada selain Engkau sebagaimana Engkau telah menjaga wajahku untuk sujud kepada selain Engkau.
اَللّهُمَّ يَاغَنِيُّ يَاحَمِيْدُ يَامُبْدِئُ يَامُعِيْدُ يَارَحِيْمُ يَاوَدُوْدُ اَغْنِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَبِطاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ .
Ya Allah, Wahai Dzat yang maha Kaya, lagi terpuji, Yang mengawali, Yang mengembalikan, Yang mengasihi, Yang mencintai, Jadikanlah kami berkecukupan dengan rizki halal-Mu sehingga selamat dari barang haram-Mu dan cukupkanlah kami dengan taat kepada-Mu sehingga jauh dari bermaksiat kepada-Mu dan cukupkanlah dengan anugerah-Mu dari selain-Mu.

اَللّهُمَّ اِنَّا نَعُوْذُ بِكَ عَنِ الْفَقْرِ وَالدَّيْنِ يَاوَهَّابُ يَاذَا الطَّوْلِ يَامُنْعِمُ اَللّهُمَّ اِنَّا نَشْهَدُ اَنَّ الْفَضْلَ بِيَدِكَ فَاءْتِنَا اْلاَرْزَاقَ بِسُهُوْلَةٍ بَيْنَ خَلْقِكَ حَتَّى تَشْهَدَ النَّاسَ عَجَائِبَ فَضْلِكَ يَا ذَا الطَّوْلِ الْعَظِيْمِ .
Ya Allah, Sesungguhnya kami memohon perlindungan kepada-Mu dari kefakiran dan hutang. Wahai dzat yang maha memberi, Wahai dzat yang memiliki anugerah, Wahai dzat yang memberi nikmat. Ya Allah, Sesungguhnya kami bersaksi bahwa semua anugerah berada pada kekuasaan-Mu maka berikanlah kami rizki dengan mudah diantara makhlukmu sehingga mereka meyaksikan keajaiban anugerah-Mu, wahai dzat yang memiliki anugerah yang agung.

اَللّهُمَّ اجْعَلْ اَيْدِيْنَا عُلْيَا بِاْلاِعْطَاءِ وَلاَتَجْعَلْ اَيْدِيْنَا سُفْلَى بِاْلاِسْتِعْطَاءِ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ . اَللّهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْوَاسِعِ وَجُوْدِكَ السَّابِغِ مَا تُغْنِيْنَا بِهِ عَنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَاوَاسِعُ يَاجَوَّادُ .
Ya Allah, Jadikanlah tangan kami diatas dengan memberi dan jangan jadikan tangan kami di bawah dengan meminta-minta, wahai dzat yang maha penyayang diantara para penyayang. Ya Allah, dari anugerah-Mu yang luas dan kemurahan-Mu yang sempurna; Sesungguhnya kami memohon rizki yang dapat mencukupi kami sehingga kami tidak lagi membutuhkan (pemberian dari ) semua makhluk-Mu. Wahai dzat yang maha luas (anugerahnya), Wahai dzat yang maha pemurah.
اَللّهُمَّ وَسِّعْ رِزْقَ كُلِّ اَحَدٍ مِنْ هذِهِ الْجَمْعِيَّةِ حَاضِرِهِمْ وَغَائِبِيْهِمْ وَجَمِيْعِ مَنْ نَصَرَهَا وَعَمَرَهَا بِاَسْرَارِ قِرَأَةِ سُوْرَةِ الْوَاقِعَةِ وَاقْضِ حَوَائِجِهِمْ يَاقَاضِيَ الْحَاجَاتِ يَاوَاسِعَ الْمَغْفِرَةِ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ .
Ya Allah, berikanlah rizki sebanyak-banyaknya kepada setiap orang dari jam'iyyah ini (pasar Waqiah), baik yang hadir maupun yang berhalangan serta semua orang yang membantu dan meramaikan jam'iyyah ini berkat asror / fadilah pembacaan surat waqiah dan penuhilah hajat-hajat (kebutuhan) mereka Wahai dzat yang memenuhi semua hajat, Wahai dzat yang memiliki ampunan yang luas, Wahai dzat yang maha penyayang diantara para penyayang
رَبَّنَا أتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".
. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا صَلاَةً تُبَلِّغُنَا بِهَا حَجَّ بَيْتِكَ الْحَرَامِ وَزِيَارَةَ قَبْرِنَبِيِّكَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ بِلُطْفٍ وَعَافِيَةٍ وَسَلاَمَةٍ وَبُلُوْغِ الْمَرَامِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ .
Ya Allah, limpahkanlah kepada junjungan kami Muhammad, keluarga dan para sahabat beliau ; sholawat serta salam yang menjadi wasilah agar Engkau sampaikan kami untuk berhaji ke baitillah yang mulia (mekkah) dan ziarah ke makam Nabi-Mu (Madinah) dengan penuh kelembutan, kesehatan, keselamatan dan tercapainya cita-cita.


DOA WASHUBBA

وَصُـبَّ عَليَّ الرِّزْقَ صُبَّةَ رَحْمَةٍ
فأَنْتَ رَجَا قَلْبِي الْكَسِيْرِِ مِنَ الْخَبَتْ


Curahkanlah rizki kepada kami, dengan curahan kasih sayang
Karena Engkaulah harapan hati kami yang hancur-lebur




PROFIL WAQIAH DAN AR-RAIHAN

PROFIL SURAT WAQIAH

TEKNIS
Jenis Surat : Makkiyah
Terletak pada Juz : 27
Urutan Surat Ke : 56
Jumlah Ayat : 96
Jumlah Kalimat : 379
Jumlah Huruf : 1.755 (Tanpa Tasydid/ Huruf Dobel)

KANDUNGAN
a. tentang huru-hara di waktu Kiamat
b. Manusia di waktu hisab terbagi atas tiga golongan, yaitu :
1. golongan yang segera mendapatkan kebaikan,
2. golongan kanan
3. golongan kiri yang celaka
c. Al-Qur'an berasal dari Lauhil Mahfudz
d. Gambaran tentang syurga dan neraka.


PAHALA SURAT WAQIAH
jumlah huruf keseluruhan dari surat Al-Waqi’ah adalah 1.810 (1755 huruf + 55 tasdid). Jumlah huruf surat Al-Waqi’ah dari ayat 1 sampai dengan 96 berturut-turut adalah : 14; 15; 10; 14; 13; 14; 16; 27; 27; 17; 13; 12; 12; 14; 12; 19; 20; 25; 21; 16; 16; 7; 19; 18; 25; 17; 25; 10; 9; 8; 9; 11; 17; 10; 16; 14; 10; 12; 12; 13; 25; 11; 10; 13; 21; 25; 47; 15; 19; 24; 25; 17; 17; 19; 15; 16; 21; 14; 25; 32; 35; 32; 15; 25; 29; 10; 12; 22; 33; 28; 21, 30; 28; 17; 19; 20; 12; 11; 17; 17; 22; 22; 19; 16; 28; 20; 20; 19; 18; 22; 20; 26; 10; 10; 16; 17 Jika setiap huruf berpahala 10 kebaikan, maka dengan membaca surat waqiah sekali akan mendapatkan 18.100 kebaikan dan dalam pasar waqiah (9X) akan mendapat kan 162.900 kebaikan. (Hitungan Revisi)

TAFSIR SURAT WAQIAH

Nabi SAW Bersabda :
خيار كم من تعلم القرآن وعلمه
Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya

Tafsir ini disusun sebagai materi pengajian PASAR WAQIAH yang dilaksanakan setiap sabtu malam ahad kliwon di Masjid PP AN-NUR Al-Murtadlo.

Tafsir ini disusun dengan mengutip Shofwat at-tafasir yang diperkaya dengan menukil beberapa tafsir yang mu'tabar seperti Tafsir ibnu katsir, Tafsir at-Thabari, Tafsir al-Qurtubhi, Tafsir Al-Baghawi, Tafsir al-Baidlowi, dll.

Tafsir ini disusun dengan lebih menitik beratkan pada makna surat waqiah dengan tujuan memahami kandungannya tanpa mengulas dari sudut teknis ; nahwu / I'rob lebih mendalam.

Ar-rayhan adalah nama yang diambil dari ayat ke 89 dalam surat waqiah yang dalam tafsir jalalain sebagai rizki yang baik

Bululawang, 25 Nopember 2009



Fathul Bari Badruddin

KEUTAMAAN SURAT WAQIAH DAN AMALIYAHNYA

Dalam membaca surat waqiah, Sebenarnya cukuplah bagi kita bahwa surat waqiah adalah bagian dari al-quran yang didalamnya terdapat syifa (kesembuhan) dan Rahmat Allah. Namun untuk lebih memotivasi maka saya kemukakan disini tentang keutamaan mengamalkan bacaan surat waqiah dalam konteks Fadlailul A'maal.
1. Surat Pesugihan
روي عن أنس بن مالك, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : علموا نساءكم سورة { الواقعة } ، فإنها سورة الغنى

Dari Anas bin malik RA, Rasul SAW bersabda : Ajarilah isteri-isteri kalian surat waqiah, karena ia adalah suratul ghina (surat kekayaan/pesugihan)


Dalam riwayat lain dari ad-Dailamiy dari Anas bahwa Rasulullah saw bersabda,”Surat al Waqi’ah adalah surat kekayaan maka bacalah dan ajarkanlah ia kepada anak-anakmu.”

2. Terhindar dari Golongan Ghofilin

Ubay bin Ka’b berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
من قرأ سورة الواقعة لم يكتب من الغافلين
“Barangsiapa yang membaca surat Al-Wâqi’ah, ia akan dicatat tidak tergolong pada orang-orang yang lalai.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).



3. Terhindar dari kemeralatan

Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
من قرء سورة الواقعة كل ليلة لم تصبه فاقة ابدا
“Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah, ia tidak akan tertimpa oleh kefakiran selamanya.” .” (HR Imam Baihaqi).

4. Surat Mahabbah

Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata:
من قرء في كل ليلة جمعة " الواقعة " أحبه الله وحببه إلى الناس أجمعين، ولم ير في الدنيا بؤسا أبدا ولا فقرا ولا فاقة ولا آفة من آفات الدنيا
“Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah pada malam Jum’at, ia akan dicintai oleh Allah, dicintai oleh manusia, tidak melihat kesengsaraan, kefakiran, kebutuhan, dan penyakit dunia (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).

5. Bukti Merindukan Surga

Imam Ja’far Ash-Shadiq berkata:
من اشتاق إلى الجنة والى صفتها فليقرء الواقعة ومن احب أن ينظر إلى صفة النار فليقرأ سجدة لقمن
“Barangsiapa yang merindukan surga dan sifatnya, maka bacalah surat Al-Waqi’ah; dan barangsiapa yang ingin melihat sifat neraka, maka bacalah surat As-Sajadah.” (Tsawabul A’mal, hal 117).





6. Wajah Bersinar

Imam Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abu Thalib berkata:
من قرء الواقعة كل ليلة قبل ان ينام لقى الله عزوجل ووجهه كالقمر ليلة البدر
“Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah sebelum tidur, ia akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan wajahnya seperti bulan purnama.” (Tsawabul A’mal, hal 117).

7. Cahaya Orang beriman

dari Ibnu Abbas berkata : Abu Bakar berkata,”Wahai Rasulullah saw tampak dirimu telah beruban.” Beliau bersabda,”Yang (membuatku) beruban adalah surat Huud, al Waqi’ah, al Mursalat, عما يتساءلون (An Naba’, pen) dan إذا الشمس كورت.” (HR Tirmidzi) Maksudnya : Uban itu adalah cahayanya orang yang beriman. Membaca waqiah adalah sebab yang mendatangkan cahaya bagi seorang mukmin.

8. Surat Warisan

dari Abu Zhobiyah berkata ketika Abdullah bin Mas’ud menderita sakit, ia dijenguk oleh Utsman bin ‘Affan dan bertanya,”Apa yang kau rasakan?” Abdullah berkata,”Dosa-dosaku.” Utsman bertanya,”Apa yang engkau inginkan?” Abdullah menjawab,”Rahmat Tuhanku.” Utsman berkata, ”Apakah aku datangkan dokter untukmu.” Abdullah menjawab, ”Dokter membuatku sakit.” Utsman berkata, ”Apakah aku datangkan kepadamu pemberian?” Abdullah menjawab,”Aku tidak membutuhkannya.” Utsman berkata,”(Mungkin) untuk putri-putrimu sepeningalmu.” Abdullah menjawab,

أتخشى على بناتي الفقر؟ إني أمرت بناتي يقرأن كل ليلة سورة الواقعة ، وإني سمعت رسول الله (ص) يقول : "من قرأ سورة الواقعة كل ليلة لم تصبه فاقة أبدا"
”Apakah engkau mengkhawatirkan kemiskinan menimpa putri-putriku? Sesungguhnya aku telah memerintahkan putri-putriku membaca surat al Waqi’ah setiap malam. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa yang membaca surat al Waqi’ah setiap malam maka dirinya tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya.”

Dan Abu Zhobiyah pun tidak pernah meninggalkan dari membaca surat waqiah.

AMALIYAH WAQIAH

Dalam membaca surat waqiah yang dijadikan sebagai amalan / amaliyah / wirid dengan tatacara tertentu maka seyogyanya haruslah memiliki ijazah, karena tanpa ijazah maka suatu amalan tidak mendatangkan asrar/khasiat yang sempurna. Maka Jika anda ingin mengamalkan surat waqiah datnglah langsung kepada para masyayikh pengamal surat waqiah seperti Romo Kyai Badruddin al-haj, atau KH Bafadhal A Damhuji.

Berikut ini akan saya sebutkan sebagian contoh tatacara amaliyah surat waqiah sebagai pengetahuan sebelum anda mengamalkannya.

1. Barang siapa yg membaca surat Al Waqi'ah sebanyak 41 kali dalam satu majelis, maka didatangkan hajatnya, terutama urusan rezeki,

2. Barang siapa membaca surat ini sesudah shalat Ashar sebeanyak 14 kali dalam satu majelis, maka didatangkan hajatnya terutama dalam urusan rejeki.

3. Jika menginginkan datangnya rejeki dari Allah SWT dengan tak terkira-kira datang (min haytsu la yahtasib), maka bacalah surat Al Waqi'ah selama 40 hari berturut-turut tanpa terputus, dan setiap harinya dibaca 40 kali.

4. “Barangsiapa membaca surah Al-Waqi’ah pada setiap hari dan malam dalam satu majlis sebanyak 40 kali, selama 40 hari pula, maka Allah akan memudahkan rezekinya dengan tanpa kesukaran dan mengalir terus dari pelbagai penjuru serta berkah pula.”


5. Supaya menjadi orang yang kaya dan bersyukur, amalkan membaca surah ini sebanyak 3 kali selepas sholat subuh dan 3 kali selepas solat Isya’. InsyaAllah tidak akan berlalu masa setahun itu melainkan ia akan di jadikan seorang yang hartawan lagi dermawan.

6. Supaya dilimpahkan rezeki, Hendaklah berpuasa selama seminggu dimulai hari Jum'at. Setiap ba'da solat fardhu bacalah Surah Al-Waqi’ah ini sebanyak 25 kali sampai pada malam Jumat berikutnya; pada malam Jumat berikutnya itu, setelah solat Maghrib bacalah surah ini sebanyak 25 kali, selepas solat Isya’ bacalah surah ini sebanyak 125 kali diikuti dengan sholawat 1000 kali. Setelah selesai, hendaklah ia memperbanyakkan sedekah. Kemudian amalkanlah surah ini sekali pada waktu pagi dan petang. Insya’Allah berhasil.


TAWASSUL

“Tawassul” dari segi bahasa dari kata “wasilah” yang berarti ‘darajah’ (kedudukan), ‘qurbah’ (kedekatan), atau dari ‘washlah’ (penyampai dan penghubung). Dalam istilah syariat Islam tawassul dikenal sebagai sarana penghubung kepada Allah melalui ketaatan.

Contoh: orang sakit datang ke dokter, dia menjadikan dokter sebagai perantara untuk mendapatkan kesembuhan dengan tetap meyakini bahwa pemberi kesembuhan adalah Allah Swt. Begitu pula seorang murid membaca buku atau belajar kepada seorang guru, maka dia menjadikan buku dan guru sebagai perantara untuk meraih ilmu. Sedangkan ilmu pada hakikatnya dari Allah Swt.
Apabila diyakini dokter pemberi kesembuhan atau buku dan guru pemberi ilmu, maka dihukumi sebagai kesyirikan terhadap Allah.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ
“ Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepadanya.” (QS Al-Ma’idah: 35).
Perintah dari Allah di atas untuk mencari wasilah (perantara) mendekat diri kepada-Nya disebutkan secara mutlak (dalam bentuk ketaatan). Dalam kitab tafsir Asshowy diterangkan “Termasuk kesesatan dan kerugian yang nyata apabila mengkafirkan kaum muslimin karena berziarah ke makam para wali Allah, dengan menuduh bahwa ziarah merupakan penyembahan kepada selain Allah. Tidak! bahkan termasuk bentuk cinta karena Allah, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah Saw
اَلاَ لاَ إِيْمانَ لِمَن لاَ مَحبةَ له والوسيلة له التي قال الله فيها وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ
“Ingatlah ! tidak ada iman bagi orang yang tidak ada cinta, dan wasillah kepadanya yang dikatakan Al-Qur’an “dan carilah wasilah menuju Allah”. (As-Showi ala Tafsir jalalain juz 1 hal. 372)
Rasulpun bertawassul
Dalam hadits yang dikeluarkan oleh Abu Nu'aim, Thabrani dan Ibn Hibban dalam shahihnya, bahwa ketika wafatnya Fathimah binti Asad (Bunda dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw, dalam hadits itu disebutkan Rasul saw rebah/bersandar dikuburnya dan berdoa : Allah Yang Menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Hidup tak akan mati, ampunilah dosa Ibuku Fathimah binti Asad, dan bimbinglah hujjah nya (pertanyaan di kubur), dan luaskanlah atasnya kuburnya, Demi Nabi Mu dan Demi para Nabi sebelum ku, Sungguh Engkau Maha Pengasih dari semua pemilik sifat kasih sayang., jelas sudah dengan hadits ini pula bahwa Rasul saw bertawassul di kubur, kepada para Nabi yang telah wafat, untuk mendoakan Bibi beliau saw (Istri Abu Thalib).
Sahabatpun bertawassul
Demikian pula tawassul Sayyidina Umar bin Khattab ra. Beliau berdoa meminta hujan kepada Allah :
عَنْ أَنَسٍ اَنَّ عُمَرَابْنَ اْلخَطَّابِ رَضِىَاللهُ عَنْهُ كاَنَ اِذَا قَحَطُوْا اِسْتَسْقىَ بِالعَبَّاسِْبنِ عَبْدِاْلمُطَلِّبِ فَقَالَ: الَّلهُمَّ اِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا وَاِنَّا نَتَوَسَّلُ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا, قَالَ: فَيُسْقَوْنَ. رواه البخارى
"Wahai Allah, kami telah bertawassul dengan Nabi kami (saw) dan Engkau beri kami hujan, maka kini kami bertawassul dengan Paman beliau (saw) yang melihat beliau (saw), maka turunkanlah hujan..”. maka hujanpun turun. (Shahih Bukhari hadits no.963 dan hadits yang sama pada Shahih Bukhari hadits no.3508). Umar bin Khattab ra melakukannya, para sahabat tak menentangnya, demikian pula para Imam-Imam besar itu tak satupun mengharamkannya, apalagi mengatakan musyrik bagi yang mengamalkannya, hanyalah pendapat sekte sesat ini yang memusyrikkan orang yang bertawassul, padahal Rasul saw sendiri bertawassul.
Bertawassul dengan orang-orang yang dekat kepada Allah seperti para nabi, rasul dan shalihin, bukan berarti meminta kepada mereka, tetapi memohon agar mereka ikut memohon kepada Allah agar permohonan do’a diterima Allah SWT. Sebab, seluruhnya juga adalah haq Allah, seperti disebutkan berikut ini:
لاَمَانِعَ لمِاَ أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لمِاَ مَنَعْتَ
“Tiada ada yang mencegah kalau Allah mau memberi, dan tidak ada yang bisa memberi kalau Allah mencegahnya.”










LAFADZ TAWASSUL



1. سَيِّدِنَا وَشَفِيْعِنَا وَحَبِيْبِنَا وَقُرَّةِ اَعْيُنِنَا مُحَمَّدٍ وَاِخْوَانِهِ مِنَ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عليه وعَلَيْهِمْ اَجْمَعِيْنَ ثُمَّ اِلَى حَضَرَاتِ جَمِيْعِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكَرْ وعُمَرْ وَعُثْمَانْ وعَلِى ثُمَّ اِلَى حَضْرَةِ عَبْدِاللهِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ وَبَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ اَجْمَعِيْنَ (الفاتحة)
Wasilah : Kanjeng Nabi Muhammad SAW , Anbiya, khulafaur rosidin, Sahabat ibnu mas’ud RA dan Para sahabat Nabi RA yang lainnya…

2. جَمِيْعِ الْعُلَمَاءِ وَاْلاَوْلِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ خُصُوْصًا سَيِّدِنَا الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرْ اَلْجَيْلاَنِى وَسَائِرِ اْلاَوْلِيَاءِ التِّسْعَةِ اَلَّذِيْنَ بَلَغُوْا الدِّيْنَ بِبُلْدَتِنَا إِنْدُوْنِيْسِيَا هَذِهِ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ وَمَنْ بَعْدَهُمْ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ثُمَّ اِلَى حَضْرَةِ مُؤَسِّسِ مَعْهَدِ النُّوْرِ كِيَاهِى اَنْوَارْ نُوْرْ بُلُوَلاَوَنْجِ وَاِلَى حَضْرَةِ كِيَاهِى عَبْدُ الْحَمِيْدْ فَاسُوْرُوَانْ إِنَّ اللهَ يُعْلِى دَرَجَاتِهِمْ فِى الْجَنَّةِ وَيُعِيْنُنَا عَلَى ذِكْرِهِ وشُكْرِهِ وَحُسْنِ عِبَادَتِهِ بِبَرَكَاتِهِمْ وَاَسْرارِهِمْ وَأَنَّ اللهَ يُبَلِّغُنَا زِيَارَةَ الْحَرَمَيْنِ بِجَاهِهِم عِنْدَ اللهِ (الفاتحة)
Wasilah dengan para Para Ulama, Auliya, suhada’, sholihin, khusunya; Syaikh Abdil qodir Al-Jailani, Wali songo, Para penyebar agama islam, Pendiri PP AN-NUR KH Anwar, Mbah KH Abd Hamid Pasuruan, Tinggikanlah derajat mereka Ya Allah, Tolonglah Kami agar kuat berdzikir , bersyukur dan beribadah kepada-Mu dan sampaikanalah Kami berziarah ke mekkah-medinah dengan wasilah kemuliaan mereka semua…(Al-fatihah)

3. جَمِيْعِ اَسَاتِذِنَا وَمَشَايِخِنَا وَوَالِدِيْنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَاََجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا اِلَى نَبِىِ اللهِ اَدَمَ وَحَوَاءَ وَاِلَى جَمِيْعِ مَنْ اَحْسَنَ اِلَيْنَا وَذَوِى الْحُقُوْقِ الْوَاجِبَةِ عَلَيْنَا إِنَّ اللهَ يَتَغَشَّاهُمْ بِالرَّحْمَةِ وَالْمَغْفِرَةِ (الفاتحة)
Wasilah dengan Para guru kita, masyayikh, ORANG TUA dan KAKEK-NENEK kita jalur keatas sampai Nabi Adam dan Hawa, Semua Orang Yang telah berbuat baik pada kita, Orang-orang yang mana kita memiliki kewajiban atas mereka, Limpahkanlah Rahmat dan ampunan kepada mereka semua…(Al-fatihah)

4. كُلِّ اَحَدٍ مِنْ هَذِهِ الْجَمْعِيِّةِ حَاضِرِيْهِمْ وَغَائِبِيْهِمْ إِنَّ اللهَ يُوَسِّعُ لَهُمُ الرِّزْقَ الْحَلاَلِ وَيُيَسِّرُ لَهُمْ اُمُوْرَ الدُّنْيَا وَاْلاَخِرَةِ (الفاتحة)
Setiap Orang dari JAM’IYYAH SURAT WAQI’AH, baik yang hadir maupun yang berhalangan ; semoga mereka semua dianugerahkan rizki yang halal dan dimudahkan semua urusan dunia akhirat…(Al-fatihah)

5. سَيِّدِنَا سُلَيْمَانَ وَسِيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَيْهِمَا الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ وَإِسْكَنْدَارْ ذِى الْقَرْنَيْنِ إِنَّ اللهَ يُؤْتِيْنَا بِبَرَكَتِهِمْ رِزْقَ اْلاَشْبَاحِ وَاْلاَرْوَاحِ بِلاَ نَصَبٍ وَلاَ ضَيْرٍ وَلاَ تَعَبٍ وَإِنَّ اللهَ يَقْضِى بِبَرَكَتِهِمْ حَاجَاتِنَا وَيُطِيْلُ اَعْمَارَنَا فِى طَاعَةِ اللهِ وَيَخْتِمُ لَنَا بِالسَّعَادَةِ وَحُسْنِ الْخَاتِمَةِ (الفاتحة)

Wasilah dengan Nabi Sulaiman AS, Nabi Ibrahim AS, Iskandar Dzilqornain, Semoga kita diberi RIZKI lahir bathin dengan tanpa kesulitan, Penuhilah hajat kami berkat barokah mereka semua, dan berilah kami panjang umur dalam ketaatan kepada Allah SWT, serta akhirilah kehidupan kami dengan kebahagiaan dan khusnul khotimah…(Al-fatihah)


DOA SHOLAT HAJAT

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ . اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ . اَللّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَ صَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ .
Dengan Nama Allah yang Maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Ya Allah, Limpahkanlah sholawat dan salam serta barokah kepada junjungan kami, Muhammad beserta semua keluarga dan sahabat beliau.

اَللّهُمَّ بِنُوْرِ وَجْهِكَ وَ جَلالِكَ وَ بِهَذَا الاِسْمِ الاَعْظَمِ وَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ اَسْئَلُكَ اَنْ تَقْضِيَ حَاجَتِي وَ تُبَلِّغَنِى سُوءَالِي وَ اَمَلِى
Ya Allah, Dengan wasilah ; cahaya Dzat-Mu, Keagungan-Mu, Nama-Mu yang Agung dan Nabi-Mu Muhammad SAW, Kami memohon KABULKANLAH HAJAT KAMI dan sampaikanlah kami kepada PERMINTAAN DAN CITA-CITA KAMI. (Sebut dalam Ingatan Hajat yang diinginkan)
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ اَللهُ اللهُ اللهُ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ الاَحَدُ الصَّمَدُ اَللهُ اللهُ اللهُ لاَ اِلهَ اِلاّ اللهُ بَدِيْعُ السَّمَوَاتِ وَ الاَرْضِ ذُوا الْجَلاَلِ وَ الاِكْرَامِ .
Dengan Nama Allah yang Maha pengasih lagi maha penyayang. Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah, Tiada Tuhan selain Allah yang maha esa, tempat bergantung. Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah, Tiada Tuhan selain Allah, Pencipta beberapa langit dan bumi yang memiliki keagungan dan kemulyaan.
اَللهُمَّ اِنِّي اَسْئَلُكَ بِاَسْمَائِكَ الْمُطَهَّرَاتِ الْمَعْرُوْفَاتِ الْمُكَرَّمَاتِ الْمَيْمُوْنَاتِ الْمُقَدَّسَاتِ اَلَّتِى هِيَ نُوْرٌ عَلَى نُوْرٍ وَ نُوْرٌ فَوْقَ نُوْرٍ وَ نُوْرٌ تَحْتَ نُوْرٍ وَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَ الاَرْضِ وَ نُوْرُ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ اَسْئَلُكَ بِنُوْرِ وَجْهِكَ وَ بِقُوَّةِ سُلْطَانِكَ الْمُبِيْنِ وَ جَبَرُوْتِكَ الْمَتِيْنِ.
Ya Allah, Sesungguhnya Kami memohon dengan Nama-nama-Mu yang suci lagi baik, yang dimulyakan, yang diberkahi dan yang disucikan, yang merupakan cahaya diatas cahaya dan cahaya dari atas dan bawah cahaya, Cahaya beberapa langit dan bumi, cahaya arsy yang agung; Kami memohon dengan cahaya dzat-Mu dan Kekuatan dari kekuasaan-Mu yang nyata dan Kerajaan-Mu yang tangguh.
اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي لاَ اِلهَ اِلاَّ هُوَ بَدِيْعُ السَّمَواتِ وَ الاَرْضِ ذُوا الْجَلاَلِ وَ الاِكْرَامِ يَا اَللهُ يَا اَللهُ يَا اَللهُ يَا رَبِّ يَا رَبِّ يَا رَبِّ يَا رَبَّاهْ يَا رَبَّاهْ يَا رَبَّاهْ اِغْفِرْلِي ذُنُوْبِي وَانْصُرْنِي عَلَى اَعْدَائِى وَاقْضِ حَاجَتِي فِى الدُّنْيَا وَ الاَخِرَةِ
Segala puji bagi Allah yang tiada tuhan melainkan dia, yang menciptakan beberapa langit dan bumi yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah, Wahai Tuhanku, Wahai Tuhanku, Wahai Tuhanku, Ampunilah dosa-dosaku dan berilah pertolongan kepadaku untuk mengalahkan musuh-musuhku, dan penuhilah hajatku di dunia dan akhirat.
وَ صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَ الْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .
Dan semoga Allah mencurahkan sholawat serta salam kepada junjunganku Muhammad dan keluarga serta para sahabat beliau. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.